"Lalu kenapa harga naik? Karena ada di tengahnya itu middle man yang memainkan peran dan tidak mencintai merah putih," beber Amran.
"Misal minyak goreng, dulu sempat langka. Harga naik turun padahal Indonesia suplai ke seluruh dunia. Ini mirip seperti beras. Indonesia dari perhitungan FAO (Food and Agriculture Organization) sampai BPS (Badan Pusat Statistik), produksi beras tinggi di tahun ini," tambah Amran.
Pemerintah, kata dia, akan bersikap tegas terhadap urusan yang menyangkut hajat hidup masyarakat, termasuk beras. Pangan pokok strategis harus dijaga kestabilannya, baik stok maupun harganya bagi masyarakat.
"Sekarang, sudah ada fakta, sudah ada bukti. Bukan omon-omon. Tersangka hari ini, pupuk itu puluhan. Beras 41. Ini tidak main-main, kita tindak langsung," tegasnya.
Kondisi harga beras terhadap HET mulai memperlihatkan progres yang positif. Dalam Panel Harga Pangan, jumlah daerah yang tercatat memiliki harga beras premium yang telah seusai HET, di awal September hanya ada 98 kabupaten/kota. Sampai minggu ketiga Oktober bertambah 16,32 persen menjadi 114 kabupaten/kota.
Sementara untuk kondisi beras medium setali tiga uang. Pada awal September tercatat 252 kabupaten/kota yang telah sesuai dengan HET beras medium. Kemudian sampai minggu ketiga Oktober bertambah 15,07 persen menjadi 290 kabupaten/kota.
(ain)


























