"Waktu Kementerian Kebudayaan didirikan, saya mendirikan Direktorat Sejarah dan Museum... karena kita menganggap sejarah itu penting."
Fadli Zon menegaskan, penulisan sejarah sepenuhnya diserahkan kepada para profesional. Naskah yang dikerjakan oleh para ahli dan sejarawan dari 34 perguruan tinggi tersebut telah melalui seminar publik di empat universitas.
Saat ini, dokumen bersejarah itu masih dalam proses editing ketat, melibatkan editor jilid, editor umum, hingga proofreading dan editor bahasa.
"Sebelum kita launching atau meluncurkan, akan ada diskusi 1-2 kali lagi dengan para sejarawan lain," tambahnya.
Penentuan waktu peluncuran pada 12 atau 14 Desember—yang diklaim sebagai Hari Sejarah—merupakan tindak lanjut dari gagasan yang pertama kali disampaikan Fadli Zon pada bulan yang sama tahun lalu di hadapan Masyarakat Sejarawan Indonesia.
(fik/spt)
































