Logo Bloomberg Technoz

Kilang Balongan Tingkatkan Proteksi dengan Sistem Berlapis


(Dok. KPI)
(Dok. KPI)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Keselamatan kerja di area kilang menjadi fokus utama Kilang Pertamina Internasional (KPI). Beragam langkah penguatan aspek safety diterapkan di seluruh unit operasi, termasuk di Kilang Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. General Manager Kilang Balongan, Yulianto Triwibowo, menegaskan bahwa keselamatan merupakan elemen krusial dalam operasional, mengingat kilang merupakan lingkungan dengan risiko tinggi.

“Kita kalau mau masuk kilang banyak sekali peraturannya, tidak boleh bawa korek api, telepon selular, lalu wajib memakai Alat Pelindung Diri yang lengkap. Semua itu dilakukan karena operasional kilang berada di lokasi yang tinggi resiko,” terang Yulianto.

Kilang Balongan berdiri di atas lahan seluas 250 hektare dengan sekitar 70 tangki bahan baku dan produk, serta kapasitas olah mencapai 150 ribu barel per hari. Kilang ini memiliki kompleksitas tinggi dengan nilai Nelson Complexity Index (NCI) 11,9—tertinggi di antara seluruh kilang Pertamina. Semakin tinggi NCI, semakin optimal kemampuan kilang menghasilkan produk bernilai tinggi secara efisien.

Yulianto menjelaskan bahwa penguatan keselamatan dilakukan melalui monitoring rutin di seluruh area operasi, mulai dari Distillation Treating Unit (DTU), Naphta Processing Unit (NPU), Atmospheric Hydrotreating Unit (AHU), Hydrotreating Unit (HTU), Processing and Cracking Unit (POC), hingga berbagai unit pendukung lainnya.

“Unit-unit yang masuk dalam kategori kritikal mendapat perhatian lebih, sementara unit lain tetap dimonitor secara berkala,” terang Yulianto.

Yulianto menambahkan, Kilang Balongan juga memanfaatkan digitalisasi untuk memperkuat sistem keselamatan. Teknologi tersebut digunakan pada berbagai peralatan guna mendeteksi anomali secara dini, sehingga tindakan korektif dapat segera dilakukan.

Ia menjelaskan bahwa keandalan fasilitas kilang turut dijaga melalui pemeliharaan berkala yang meliputi pembongkaran, pemeriksaan, perbaikan, hingga penggantian komponen penting. Setelah pemeliharaan, operator wajib melakukan pengecekan ulang menggunakan checklist sebagai kontrol kualitas. Sebelum unit kembali beroperasi, dilakukan pula Pre-Start-Up Safety Review (PSSR) sebagai tahap verifikasi akhir untuk memastikan seluruh aspek keselamatan terpenuhi.


“Semua harus dicek, bautnya sudah kencang atau belum, kondisinya sudah standar atau belum, semua harus ada checklistnya, karena ada standar yang harus kita ikuti,” imbuh Yulianto.

Selain menerapkan SOP keselamatan yang ketat, Yulianto juga mengadopsi falsafah Jawa sebagai penguatan budaya kerja, yakni Titen (peka terhadap kondisi kilang), Open (merawat setiap aset), dan Telaten (menjaga keberlanjutan). Penguatan disiplin keselamatan turut diterapkan melalui pendekatan PIP: Patuh pada aturan, Intervensi terhadap potensi bahaya, dan Peduli pada sesama pekerja.

Ia menegaskan bahwa keselamatan di kilang adalah proses berkelanjutan. Sistem yang diterapkan selalu diperbarui melalui prinsip learning from event, yaitu belajar dari setiap insiden, baik kecil maupun besar, agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

“Prinsip tersebut terus kami terapkan dan menjadi landasan dalam memperbaiki prosedur dan sistem keselamatan yang ada di dalam kilang. Sebab. keselamatan itu nomor satu. Lebih baik kami cerewet tapi kilangnya aman, karena nyawa tidak akan ada gantinya,” tutup Yulianto.