Jika ia mendapat dukungan tambahan dari anggota independen atau partai sayap kanan Sanseito, Takaichi berpeluang terpilih pada putaran pertama dengan suara mayoritas. Jika tidak, pemungutan suara akan berlanjut ke putaran kedua untuk dua kandidat teratas—di mana Takaichi hanya perlu meraih suara terbanyak untuk resmi menjadi perdana menteri.
Kepemimpinannya telah diuji sejak awal, terutama setelah mundurnya mitra koalisi lama, Komeito, awal bulan ini. Meski sempat mengguncang stabilitas partai berkuasa dan memunculkan peluang bagi oposisi, Takaichi berhasil mengembalikan momentum dengan cepat lewat aliansi barunya bersama Ishin.
Meski demikian, koalisi ini belum memiliki mayoritas di parlemen dan masih menyisakan sejumlah perbedaan pandangan kebijakan, sehingga pemerintahannya tidak akan langsung berdiri di atas landasan yang kuat. Ishin bahkan menyatakan hanya akan berperan dalam kerja sama kebijakan, tanpa mengambil posisi kabinet—tanda sikap hati-hati mereka.
Takaichi juga harus meyakinkan rekan-rekannya di Partai Demokrat Liberal (LDP) bahwa ia sosok yang tepat untuk memulihkan dukungan publik. Ia tampaknya sadar bahwa masa jabatan perdana menteri di Jepang sering kali tidak bertahan lama.
Untuk memperkuat persatuan partai, ia dikabarkan menawarkan posisi strategis kepada para rival utamanya, seperti Shinjiro Koizumi sebagai menteri pertahanan dan Toshimitsu Motegi sebagai menteri luar negeri, menurut laporan media lokal.
Prioritas kebijakan pertamanya adalah menekan inflasi.
Ia menegaskan bahwa membantu rumah tangga yang terbebani kenaikan harga menjadi prioritas utama, serta berjanji segera menyusun paket stimulus ekonomi setelah resmi menjabat.
Pandangan ekonominya sejalan dengan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, yang dikenal dengan kebijakan “Abenomics”—yakni dorongan belanja pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Takaichi telah lama mendukung peningkatan pengeluaran negara dan mengkritik langkah Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) yang mengetatkan kebijakan moneter.
Namun, selama kampanye kepemimpinan LDP, Takaichi mengadopsi sikap yang lebih moderat. Ia mengatakan mendukung konsolidasi fiskal dan menyerahkan kebijakan moneter kepada BOJ. Meski begitu, nilai yen justru melemah dan pasar saham menguat setelah kemenangannya, seiring ekspektasi bahwa pemerintahannya akan meningkatkan stimulus dan menekan bank sentral agar tidak menaikkan suku bunga.
Pelemahan yen berpotensi memperburuk inflasi—isu yang menjadi sorotan utama setelah LDP kehilangan dukungan dalam dua pemilu nasional terakhir karena gagal menahan kenaikan biaya hidup. Kondisi ini menjadi dilema bagi Takaichi jika ia berencana melanjutkan kebijakan yang sejalan dengan Abenomics.
Sebagai bagian dari kesepakatan koalisi, LDP juga akan mempertimbangkan sejumlah kebijakan yang diusulkan Ishin, termasuk pemotongan pajak penjualan untuk bahan makanan selama dua tahun. Meski langkah ini lebih murah dibandingkan pemotongan pajak menyeluruh, risiko politik tetap tinggi karena setiap upaya menaikkan pajak di masa depan kerap menuai penolakan keras.
Pekan depan, Takaichi juga akan menghadapi agenda diplomatik padat, termasuk kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Jepang.
Keduanya kemungkinan memiliki pandangan sejalan dalam beberapa isu, terutama dalam memperkuat pertahanan Jepang dan meningkatkan keamanan ekonomi. Mereka juga memiliki kesamaan hubungan pribadi dengan mendiang Shinzo Abe, mentor Takaichi, yang dulu menjalin kedekatan dengan Trump.
Namun, Takaichi juga harus mengawasi pelaksanaan perjanjian dagang yang ditandatangani awal tahun ini untuk menurunkan tarif AS. Sejumlah pertanyaan masih menggantung, termasuk bagaimana mengimplementasikan dana investasi senilai US$550 miliar di AS.
Dalam kampanyenya, Takaichi mengatakan tidak berencana meninjau ulang perjanjian dagang itu dalam waktu dekat, namun terbuka untuk renegosiasi jika dalam pelaksanaannya merugikan kepentingan Jepang.
Ia juga dijadwalkan menghadiri KTT ASEAN di Malaysia dan APEC di Korea Selatan—dua pertemuan tingkat tinggi yang akan digelar pekan depan. Sikap diplomatiknya yang tegas menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana ia akan mengelola hubungan dengan negara tetangga, khususnya China dan Korea Selatan.
Pekan lalu, Takaichi memutuskan untuk tidak mengunjungi Kuil Yasukuni—tempat yang kerap dianggap sebagian negara Asia sebagai simbol glorifikasi masa perang Jepang. Keputusan itu mematahkan kebiasaannya yang selalu berziarah pada hari pertama festival musim gugur. Dalam kampanyenya, ia sempat memberi isyarat bahwa ia mungkin menunda kunjungan ke kuil tersebut untuk menghindari ketegangan diplomatik.
Namun di dalam negeri, posisi Takaichi bisa goyah sewaktu-waktu. Sebagai pemimpin koalisi yang masih kekurangan dua kursi untuk mayoritas, ia mungkin menghadapi hambatan besar dalam meloloskan anggaran dan rancangan undang-undang di parlemen.
Kesepakatan antara LDP dan Ishin sendiri tercapai hanya dalam waktu sekitar satu minggu, dengan kedua pihak memilih menunda pembahasan sejumlah isu besar dan kontroversial. Ishin, misalnya, mengusulkan pelarangan sumbangan politik dari kalangan bisnis—isu yang disetujui LDP untuk dibahas lebih lanjut, namun kemungkinan besar akan menghadapi perlawanan keras dari dalam partai.
(bbn)
































