Selain itu, ajakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada Uni Eropa untuk mengenakan tarif hingga 100% kepada Cina dan India untuk memaksa Rusia mengakhiri perang, turut berperan pada kenaikan ICP September 2025.
Faktor lain yang ikut mendorong ICP berkaitan dengan tensi geopolitik di Timur Tengah. Belakangan, International Energy Agency (IEA) merevisi proyeksi tingkat pertumbuhan permintaan minyak 2025 secara year-on-year (y-o-y) menjadi 740.000 barel per hari di bulan ini, lebih tinggi dari publikasi bulan lalu sebesar 680.000 barel per hari.
Kendati demikian, sejumlah acuan harga minyak utama seperti Dated Brent dan WTI (Nymex) justru terkoreksi karena meningkatnya pasokan dari OPEC+.
OPEC+ menyepakati tambahan pasokan mulai Oktober 2025 sebesar 137.000 barel per hari, sementara produksi Agustus naik 509.000 barel per hari, terutama dari Arab Saudi dan Irak.
Untuk kawasan Asia Pasifik, perubahan harga minyak mentah juga dipengaruhi peningkatan harga Crack Naphta Asia, rencana perawatan sejumlah kilang di Timur Tengah, dan potensi peningkatan minyak di India pasca berakhirnya musim hujan.
Adapun perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama pada September 2025 dibandingkan Agustus 2025 mengalami perubahan sebagai berikut:
1. Dated Brent turun sebesar US$0,19 per barel dari US$68,21 per barel menjadi US$68,02 per barel.
2. WTI (Nymex) turun sebesar US$0,49 per barel dari US$64,02 per barel menjadi US$63,53 per barel.
3. Brent (ICE) naik sebesar US$0,31 per barel dari US$67,26 per barel menjadi US$67,58 per barel.
4. Basket OPEC naik sebesar US$0,72 per barel dari US$69,73 per barel menjadi US$70,45 per barel.
5. Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia naik sebesar US$0,73 per barel dari US$66,07 per barel menjadi US$66,81 per barel.
(naw)































