Rosan menjelaskan, kontribusi dividen BUMN selama ini masih didominasi oleh sekitar 10 perusahaan besar, seperti Pertamina, bank-bank BUMN, dan Telkom Indonesia. Namun, ke depan Danantara ingin memperluas basis kontribusi agar lebih merata di berbagai sektor.
“Kita tidak ingin hanya terkonsentrasi di 10 perusahaan besar. Kita juga ingin perusahaan lain berkontribusi signifikan, tidak hanya dari sisi profitabilitas, tapi juga penciptaan lapangan kerja, efisiensi, dan produktivitas,” jelasnya.
Adapun tahun ini, Danantara memiliki 22 program kerja prioritas dikebut dalam sisa tahun 2025, sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2025. Program tersebut berfokus pada konsolidasi dan restrukturisasi sejumlah BUMN lintas sektor strategis.
COO Danantara Dony Oskaria mengatakan bahwa konsolidasi BUMN menjadi salah satu bentuk penyehatan dan penguatan badan usaha milik negara. Sejumlah konsolidasi yang masuk dalam daftar antara lain BUMN karya, perusahaan manajemen aset, dan perusahaan asuransi.
Fokus utama Danantara saat ini adalah menjalankan restrukturisasi sejumlah BUMN, mulai dari sektor penerbangan, baja, kereta cepat, hingga asuransi. Selanjutnya, konsolidasi dan perampingan akan dilakukan pada BUMN karya, pupuk, layanan kesehatan, perhotelan, dan industri gula.
Konsolidasi juga mencakup sektor hilirisasi minyak, asuransi, pengelolaan aset, serta kawasan industri. Untuk pengembangan usaha baru, Danantara membidik sektor koperasi, ketahanan pangan, baterai, semen, perbankan syariah, telekomunikasi, dan galangan kapal.
Selain itu, Danantara bertanggung jawab menyusun tata kelola internal untuk Danantara Asset Management, termasuk kebijakan terkait sumber daya manusia, keuangan, manajemen risiko, dan aspek hukum.
(wep)

































