Head of Media Relations PT IMIP Dedy Kurniawan menjelaskan kebakaran yang terjadi di smelter SLNC terjadi pada 08.30 pagi waktu setempat dan berhasil dipadamkan sekitar 40 menit usai terjadinya kebakaran yakni pukul 09.10 WITA.
“Hasil investigasi, kebakaran diduga dipicu aktivitas pengelasan di cerobong. Diduga percikan api las mengenai terpal yang menutupi tangki fiberglass di bawahnya hingga memicu kebakaran,” kata Dedy ketika dimintai konfirmasi melalui pesan singkat, Senin (13/10/2025).
Dia mengungkapkan tidak terdapat korban jika akibat insiden tersebut, tetapi terdapat tiga karyawan yang mengalami luka ringan.
“Tiga karyawan luka ringan. Proses investigasi masih berlangsung hingga saat ini,” tegasnya.
Di sisi lain, Dedy menegaskan kebakaran tersebut hanya terjadi di area pabrik milik Sulawesi Nickel Cobalt. Dengan begitu, dia membantah informasi yang menyatakan pabrik milik PT Huayue Nickel Cobalt turut mengalami kebakaran.
“Iya, info itu keliru, kebakaran hanya di area SLNC. Kebetulan lokasi dua perusahaan itu berdekatan,” ungkap Dedy.
Untuk diketahui, smelter nikel hidrometalurgi berbasis high pressure acid leach (HPAL) tersebut diketahui milik PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) dan dibangun bersama PT Huayue Nickel Cobalt–perusahaan patungan yang dipimpin Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd. (Huayou).
Anak perusahaan Huayou tersebut berperan sebagai penyedia layanan manajemen konstruksi untuk pembangunan smelter HPAL SLNC, sedangkan MBMA bertanggung jawab atas perolehan izin dan persetujuan dari pemerintah.
Adapun, mayoritas saham MBMA dimiliki oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) melalui anak perusahaannya, PT Merdeka Energi Nusantara.
Perseroan sempat menyatakan smelter HPAL tersebut memiliki kapasitas produksi 90.000 nikel nikel dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP) per tahun.
Konstruksi proyek tersebut dimulai sejak Januari 2025 dan memiliki target komisioning dalam kurun 18 bulan. Nantinya, SLNC akan mengolah bijih nikel laterit melalui perjanjian komersial dengan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang merupakan anak perusahaan MBMA.
Selain itu, akan terdapat pabrik persiapan bijih atau feed preparation plant (FPP) di tambang CM untuk mendukung pengangkutan bijih melalui pipa ke smelter SLNC di IMIP.
Lebih lanjut, total investasi gabungan untuk smelter HPAL tersebut diperkirakan mencapai US$1,8 miliar. Investasi MBMA dalam SLNC dilakukan melalui perusahaan afiliasinya, PT Merdeka Energi Baru (MEB) yang memiliki 50,1% sham di SLNC.
(azr/wdh)

































