Implementasi program B50 kemungkinan akan terlaksana pada semester II-2026. Dengan demikian, Indonesia menargetkan bisa menekan impor bahan bakar diesel (solar).
Untuk menjalankan program B50, Indonesia membutuhkan pasokan CPO sebanyak 5,3 juta ton. Artinya, CPO akan terserap untuk kebutuhan dalam negeri sehingga pasokan untuk ekspor menjadi berkurang.
Padahal Indonesia adalah eksportir CPO terbesar dunia. Tanpa pasokan dari Indonesia, maka CPO di pasar global akan berkurang sehingga harga naik.
Analisis Teknikal
Lantas bagaimana perkiraan harga CPO untuk minggu ini? Mungkinkah ada kenaikan tiga minggu beruntun?
Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), CPO nyaman di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 62. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Akan tetapi, investor patut waspada karena indikator Stochastic RSI sudah mencapai 100. Paling tinggi, sangat jenuh beli (overbought).
Oleh karena itu, ada kemungkinan harga CPO bakal turun minggu ini. Target support terdekat adalah MYR 4.461/ton yang merupakan Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka MA-10 di MYR 4.439/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Target paling pesimistis atau support terjauh adalah MA-100 di MYR 4.216/ton.
Kalau masih kuat menanjak, maka harga CPO berpotensi menguji resisten MYR 4.570/ton. Penembusan di titik ini bisa mengangkat harga CPO ke rentang MYR 4.593-4.595/ton.
(aji)































