"Bata ini kan masih bikin sepatu sendiri, sehingga melihat bisnis model yang sekarang itu, kemungkinan dari model bisnis itu menjadi tidak kompetitif," ujarnya.
Ia menambahkan, masuknya merek-merek baru seperti On Cloud ke pasar Indonesia menunjukkan adanya pergeseran minat pasar yang secara langsung menggerus pangsa pasar merek lama yang tidak mampu berkompetisi.
"Jangan selalu kemudian kita menyimpulkan, oh kalau dia tutup di Indonesia berarti Indonesia tidak ramah terhadap investasi. Jangan lupa ada persaingan pasar nih, yang itu urusannya business to business," tegasnya.
Meskipun penutupan pabrik mengganggu lantaran adanya potensi hilangnya lapangan kerja, Ichwan meyakini perluasan investasi oleh merek lain yang mensubkontrakkan produksi di Indonesia dapat menciptakan peluang kerja baru dengan kapasitas yang lebih besar.
Diketahui, perusahaan sepatu legendaris Bata resmi menutup seluruh bisnis alas kakinya di Indonesia. Hal ini didasari oleh keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dilaksanakan pada Kamis, 25 September 2025 yang lalu.
“Menyetujui perubahan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan untuk menghapus kegiatan usaha industri alat kaki untuk kebutuhan sehari-hari.” sebut perseroan dalam risalah rapat dalam keterbukaan di Bursa Efek Indonesia.
(ell)



























