Setali tiga uang, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) juga mengingatkan agar pemerintah mengawasi dan mengontrol secara ketat terkait regulasi impor barang yang masuk ke pasar domestik.
"Dengan perang tarif US-China, jangan sampai Indonesia dijadikan tempat buangan sisa produksi mereka," kata Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) saat ini adalah Jemmy Kartiwa Sastraatmaja pada Bloomberg Technoz, Jumat (10/10/2025).
Jemmy menyebut, yang perlu dikhawatirkan industri TPT (tekstil dan produk tekstil) nasional adalah impor yang tak layak. Ia mencontohkan barang impor yang masuk secara ilegal. Bahkan, Jemmy mengungkap, barang impor yang tak layak ini tak hanya berupa pakaian bekas tapi barang lainnya.
"Indonesia memang mempunyai garis pantai yang panjang dan perlu kerjasama kontrol yang kuat, baik dalam bentuk regulasi dan pengawasan," jelasnya.
Meski begitu Jemmy bilang bahwa asosiasinya tak lantas menjadi anti terhadap barang impor. Asal sesuai aturan main menurutnya hal ini cukup lumrah.
"Sepanjang izin impornya di tempuh, pajak nya di bayar, impor baju bukan sesuatu yang dilarang di Indonesia," kata Jemmy.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Sadewa sempat menyinggung jika hampir seluruh atau 99% produk tersebut bukan berasal dari dalam negeri, melainkan dari China. Padahal, Purbaya juga mengamini jika industri fesyen muslim di Indonesia memiliki rancangan dan desain yang sangat bagus, namun sayangnya produk tersebut dipasok oleh negara lain.
Mengetahui fakta itu, Purbaya pun lantas berencana mengambil langkah untuk memberantas berbagai produk asing yang masuk secara ilegal ke dalam negeri.
Itu dilakukan guna mendukung industri tekstil maupun garmen lokal dapat berkembang dan maju. Langkah itu juga dilakukan guna meminimalisir dominasi asing yang berlebihan masuk pasar dalam negeri.
"Jadi saya nggak akan ngasih pasar kita ke negara lain, tanpa perlawanan gitu. Nanti kita panggi, saya harusnya ketemu pengusaha-pengusaha juga nanti, nggak lama," tutur dia.
(ell)

































