Terkait dengan kemungkinan menjatuhkan sanksi kepada Freeport atas insiden longsor yang menewaskan tujuh pekerjanya itu, Tri mengatakan keputusan akan diambil setelah hasil investigasi terhadap penyebab longsor tuntas.
“Nanti evaluasi dahulu dari dia, terus kemudian kita lakukan investigasi, [Kementerian ESDM] mengirimkan inspektor tambang. Terutama yang inspektor tambang kemarin kan sudah full kita kirim [ke lokasi insiden],” terang Tri.
PT Freeport Indonesia (PTFI) sendiri juga tengah menginvestigasi penyebab longsoran lumpur bijih atau wet muck di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave.
“Kita lagi melakukan investigasi, dari investigasi itu dilakukan evaluasi baru kita akan, tentu saja berkomunikasi dengan Kementerian ESDM,” kata Presiden Direktur PTFI Tony Wenas kepada awak media, Rabu (8/10/2025).
Di sisi lain, Tony mengatakan, produksi tambang bawah tanah Grasberg sampai saat ini masih ditangguhkan. Dia menerangkan perseroan ingin menyelesaikan lebih dahulu proses investigasi yang masih berjalan.
Untuk diketahui, Freeport-McMoRan (FCX) Inc. memperkirakan pemulihan operasi tambang bawah tanah GBC baru bisa dicapai sepenuhnya pada 2027.
Menurut keterangan resmi emiten tambang berkode FCX di New York Stock Exchange (NYSE) itu, insiden longsoran lumpur bijih atau wet muck membuat infrastruktur pendukung produksi di GBC rusak.
Konsekuensinya, PTFI mesti menunda produksi dalam jangka pendek pada kuartal IV-2025 dan sepanjang 2026 dari areal tambang ini.
“Hingga perbaikan selesai dan restart bertahap dapat dilakukan. Tingkat operasi sebelum insiden berpotensi dicapai kembali pada 2027,” tulis Freeport-McMoRan Inc dalam keterangan resmi, Rabu (24/9/2025).
Menurut laporan Freeport-McMoRan, badan bijih GBC mewakili 50% dari cadangan terbukti dan terduga PTFI per 31 Desember 2024, serta sekitar 70% dari proyeksi produksi tembaga dan emas hingga 2029.
Insiden longsoran lumpur bijih yang terjadi di blok produksi PB1C itu turut merusak infrastruktur pendukung pada areal produksi lainnya.
Saat ini, PTFI memperkirakan tambang Big Gossan dan Deep MLZ yang tidak terdampak dapat kembali beroperasi pada pertengahan kuartal IV 2025, sementara pengembalian operasi bertahap tambang GBC dijadwalkan pada paruh pertama 2026.
Konsekuensinya, penjualan tembaga dan emas PTFI bakal terbatas pada kuartal IV-2025, jauh di bawah estimasi sebelumnya yaitu 445 juta pon tembaga dan 345.000 ons emas.
Sementara itu, pembukaan kembali kegiatan operasi GBC dimulai di tiga blok produksi di antaranya PB2 pada paruh pertama 2026, disusul PB3 dan PB1S pada paruh kedua 2026 dan PB1C menyusul pada 2027.
“Dalam skenario ini, produksi PTFI di 2026 berpotensi sekitar 35% lebih rendah dibandingkan dengan estimasi sebelumnya (1,7 miliar pon tembaga dan 1,6 juta ounces emas,” tulis manajemen Freeport McMoRan.
Di sisi lain, rencana belanja modal untuk pengembangan tambang bawah tanah Grasberg bakal ditinjau ulang untuk memprioritaskan pemulihan operasi.
PTFI berencana mengamankan pemulihan kerugian melalui polis asuransi properti dan gangguan bisnis senilai hingga US$1 miliar (dengan batas US$700 juta khusus untuk insiden bawah tanah), setelah potongan US$500 juta.==
(wdh)

































