Lewat persetujuan prinsip itu, Rosan menegaskan, seluruh muatan negosiasi tambahan saham PTFI lewat PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) telah rampung.
“Boleh dibilang sudah semuanya selesai,” kata Rosan.
Adapun, rencana akuisisi tambahan saham Freeport-McMoRan itu menjadi bagian dari perpanjangan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) PTFI yang bakal berakhir 2041 mendatang.
Di sisi lain, produksi tambang yang dikelola Freeport di Grasberg itu bakal mencapai puncaknya pada 2035.
Menurut pemerintah, perpanjangan kontrak itu menjadi krusial untuk menjaga umur cadangan tembaga dari aset tambang kelas dunia tersebut.
Sementara itu, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan negosiasi dengan pemerintah berkaitan dengan perpanjangan kontrak perseroan masih berlanjut.
Tony enggan mengonfirmasi ihwal detail kesepakatan perpanjangan kontrak tersebut, termasuk di antaranya kemungkinan tambahan 12% saham MIND ID di PTFI.
“Kalau kami memang masih diskusi terus, kalau dikatakan sudah final kan kalau sudah disepakati, baru mungkin itu dikatakan final,” kata Tony dalam kesempatan yang sama.
Ada Ongkos
Sebelumnya, Chief Investment Officer (CIO) BPI Danantara Pandu Patria Sjahrir mengatakan akuisisi saham lanjutan Freeport-McMoRan Inc. bakal tetap menimbulkan ongkos untuk pemerintah. Kendati Pandu tidak gamblang menyebut besaran nilai akuisisi tersebut.
Pandu mengatakan negosiasi tersebut tetap diupayakan untuk memberikan keputusan investasi yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak; baik pemerintah Indonesia maupun Freeport-McMoRan Inc selaku induk PTFI.
“Saya pikir [negosiasi] hampir selesai, tetapi saya ingin menunggu Freeport yang akan mengumumkan,” kata Pandu dalam wawancara dengan Bloomberg TV, Rabu (1/10/2025).
Dia beralasan Freeport-McMoRan Inc. tentu mempertimbangkan nilai tambah bagi pemegang sahamnya dari divestasi lanjutan di konsesi tambang tembaga dan emas Grasberg, Papua Tengah.
“Saya tidak mau bilang ini bebas dari biaya, tetapi akan selalu ada ongkos [dari divestasi], Freeport itu grup bisnis kan, mereka tentu ingin keputusan bisnis yang masuk akal untuk pemegang sahamnya,” kata Pandu.
-- Dengan asistensi Sultan Ibnu Affan
(naw)
































