Logo Bloomberg Technoz

Dengan semangat pasar yang kembali bergairah berkat kehebohan AI, analis Matt Maley dari Miller Tabak mengatakan tidak mengherankan jika isu seperti penutupan pemerintahan AS (government shutdown) “hampir diabaikan oleh para pelaku pasar.”

Obligasi pemerintah jangka panjang AS melemah, mengikuti tren serupa di Eropa dan Asia di tengah meningkatnya kekhawatiran fiskal. Imbal hasil obligasi 10 tahun Australia naik lima basis poin pada awal perdagangan Selasa.

Harga emas melanjutkan penguatan di perdagangan Asia pagi ini, mendekati US$4.000 per ons, sementara harga minyak bertahan di level kenaikan Senin setelah sempat melemah pekan lalu. Kenaikan harga minyak didukung keputusan OPEC+ yang hanya menambah produksi sebesar 137.000 barel per hari, lebih kecil dari perkiraan pasar.

Grafik S&P 500. (Sumber: Bloomberg)

Saham Jepang juga menguat tajam pada Senin, dengan Nikkei 225 ditutup naik 4,8%, menembus rekor baru di tengah ekspektasi peningkatan stimulus fiskal pasca kemenangan Takaichi. Yen melemah 1,8% terhadap dolar AS ke level di atas 150, dan jatuh ke titik terendah sepanjang masa terhadap euro. Obligasi jangka panjang Jepang juga terkoreksi karena kekhawatiran bahwa kebijakan fiskal Takaichi akan mendorong pengeluaran pemerintah dan meningkatkan inflasi.

Di AS, musim laporan keuangan diperkirakan akan lebih kuat dari perkiraan, seiring ekonomi yang solid dan prospek positif bagi sektor AI. Analis Goldman Sachs Group Inc yang dipimpin David Kostin menyebut estimasi laba perusahaan “terlalu rendah,” dan memperkirakan kelompok “Magnificent Seven” (tujuh raksasa teknologi AS) akan kembali mencetak hasil di atas ekspektasi.

Analis Callie Cox dari Ritholtz Wealth Management menilai pasar saat ini terasa “tak tersentuh”, yang menjelaskan mengapa banyak pihak mulai memperbincangkan valuasi saham.

“Valuasi tinggi bukan hal aneh, tapi laba perusahaan harus mengambil alih peran untuk menjaga reli tetap berlanjut,” ujar Cox. “Idealnya, kita ingin melihat keuntungan yang mendukung harga saham.”

Sementara itu, analis Anthony Saglimbene dari Ameriprise memperingatkan sebagian investasi besar pada infrastruktur AI saat ini mungkin tidak akan memberikan tingkat pengembalian sebesar yang diharapkan investor.

“Namun, mengingat besarnya potensi industri yang belum sepenuhnya memanfaatkan AI secara signifikan, kami tidak terlalu khawatir bahwa kita sedang menuju gelembung seperti era dot-com,” katanya.

(bbn)

No more pages