Logo Bloomberg Technoz

Kepala BPS RI menerangkan, di Pulau Sumatra komoditas cabai merah, daging ayam ras dan telur ayam ras menjadi penyumbang inflasi. Lalu, di Pulau Jawa, kenaikan IPH itu didorong terutama oleh komoditas cabai merah, cabai rawit dan telur ayam ras. Kemudian untuk daerah di luar Sumatra dan Jawa, ini ditopang oleh daging ayam ras dan telur ayam ras. 

"Kalau kita sandingkan antara matriks level harga dan perubahan IPH, maka yang perlu kita waspadai IPH-nya sudah masuk dalam level kenaikan sedang dan level harganya pun juga sudah masuk dalam level sedang, yaitu cabai merah dan telur ayam ras. Dan yang juga masih perlu diwaspadai adalah daging ayam ras," jelasnya.

Beras dan Minyak: Tak Naik Banyak Tapi Sudah Mahal

Sementara untuk beras dan minyak goreng, kata Amalia, meski inflasi ataupun kenaikan IPH komoditas ini tergolong rendah, namun di level harga, sudah tergolong tinggi.

"Walaupun nanti beras dan minyak goreng tidak masuk radar dalam penyumbang inflasi, tetapi yang perlu kita catat sama-sama adalah level harga untuk beras dan minyak goreng masih dalam level harga yang tinggi, karena sekali lagi yang dibayar oleh konsumen adalah level harga, bukan inflasi," pungkasnya.

Berdasarkan catatan BPS, cabai merah, daging ayam ras dan cabai hijau menjadi komoditas penyumbang utama inflasi secara bulanan (month-to-month/MtM).

Komoditas cabai merah di bulan September 2025 secara MtM, mengalami kenaikkan inflasi sebesar 39,52%. Kemudian daging ayam ras 8,59%, dan cabai hijau secara MtM mengalami inflasi sebesar 22,27%.

Namun demikian, ada beberapa komoditas kelompok makanan yang menjadi peredam inflasi, dengan artian mengalami deflasi. Yaitu bawang merah mengalami deflasi -17,47%. Tomat mengalami deflasi -12,76%. Kemudian bawang putih mengalami deflasi -2,04%, dan komoditas cabai rawit mengalami deflasi -2,84%.

(ell)

No more pages