Bloomberg Technoz, Jakarta – Pakar industri migas memandang tidak terjualnya 100.000 barel bahan bakar minyak (BBM) dasaran atau base fuel yang diimpor tahap pertama oleh PT Pertamina Patra Niaga (PPN) berpotensi mengganggu arus kas perusahaan.

Apalagi, sudah terdapat modal yang keluar untuk membeli base fuel tersebut, tetapi tidak terdapat dana masuk yang diterima perusahaan dari pembelian oleh badan usaha (BU) hilir migas swasta.

Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal berpendapat bahwa selain arus kas yang terganggu, Pertamina diprediksi harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menyimpan BBM dasaran tersebut.

Alasannya, tangki penyimpanan BBM atau storage tank milik Pertamina telah diisi oleh BBM jadi atau sudah ditambah aditif dan pewarna. Sementra itu, BBM dasaran merupakan bensin tanpa campuran aditif dan pewarna yang harus disimpan di tempat tersendiri.

“Sekarang ujung-ujungnya kan ada biaya tambahan untuk storage dan lain sebagainya, walaupun nanti akhirnya [base fuel yang tidak laku dibeli SPBU swasta] mungkin dipakai sendiri oleh Pertamina. Akan tetapi, kan kalau mereka belum butuhnya sekarang, itu cash flow mereka akan terganggu,” kata Moshe saat dihubungi, Kamis (2/10/2025).