“Kami sepakat ekonomi sedang kuat dan bertumbuh,” kata Chris Zaccarelli dari Northlight Asset Management. “Namun sebagian besar kabar baik itu sudah terefleksi dalam harga saham. Kekhawatiran terbesar kami ada pada valuasi.”
Pasar uang sedikit mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga setelah rilis data PDB, kini memperkirakan sekitar 40 basis poin pemangkasan hingga akhir tahun. Perbedaan pandangan di internal The Fed terkait jalur kebijakan suku bunga menambah ketidakpastian.
Gubernur The Fed Stephen Miran menilai bank sentral berisiko merugikan ekonomi bila tidak lebih cepat menurunkan suku bunga. Ia menentang keputusan pekan lalu yang hanya memangkas seperempat poin persentase, dan lebih memilih pemangkasan setengah poin.
“Saya tidak berpikir ekonomi akan runtuh,” ujar Miran kepada Bloomberg Surveillance, Kamis (25/9). “Namun dengan risiko yang ada, saya lebih memilih bertindak proaktif dan menurunkan suku bunga lebih cepat, daripada menunggu bencana besar terjadi.”
Pejabat The Fed lainnya, Michelle Bowman, mengatakan inflasi sudah cukup dekat dengan target bank sentral sehingga ada alasan untuk pemangkasan lebih lanjut, terutama karena pasar tenaga kerja mulai melemah.
Gubernur The Fed Chicago Austan Goolsbee tetap khawatir soal inflasi akibat tarif impor dan menolak dorongan untuk mempercepat pemangkasan suku bunga sekaligus. Rekannya di Kansas City, Jeff Schmid, menilai The Fed mungkin tidak perlu terburu-buru melakukan pemangkasan tambahan.
Sementara itu, Gubernur The Fed Dallas Lorie Logan mengatakan bank sentral AS sebaiknya meninggalkan suku bunga dana federal sebagai tolok ukur kebijakan moneter, dan mempertimbangkan instrumen overnight rate yang terkait pasar pinjaman beragunan obligasi pemerintah AS yang lebih likuid.
Di Asia, Kementerian Keuangan Korea Selatan mengumumkan rencana membuka pasar valuta asing selama 24 jam dan melonggarkan aturan perdagangan won oleh investor non-residen.
Di sisi korporasi, Citigroup Inc memindahkan hampir 1.000 pekerjaan teknologi ke pusat dukungan bisnis di India, menyusul pemangkasan tenaga kerja di China, menurut sumber yang mengetahui hal tersebut.
Perhatian investor kini tertuju pada indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), indikator inflasi pilihan The Fed. Data yang akan dirilis Jumat diperkirakan menunjukkan PCE inti—tidak termasuk pangan dan energi—naik 0,2% pada Agustus, melambat dari 0,3% pada Juli. Secara tahunan, angka ini diperkirakan tetap di level 2,9% yang masih tinggi.
Di pasar komoditas, harga minyak bergerak fluktuatif di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan NATO. Harga perak menembus US$45 per ons untuk pertama kalinya dalam 14 tahun, sementara emas mendekati rekor tertinggi baru. Pasar kripto juga melemah tajam menjelang kedaluwarsa opsi senilai US$22 miliar.
(bbn)
































