Masalah utama dari solusi identitas saat ini adalah tidak persisten. Saat perangkat di-reset atau di-reboot, informasi identitas dapat terhapus. Kondisi ini membuka celah bagi pelaku untuk menggunakan perangkat yang sama dalam aksi penipuan. Appdome menawarkan teknologi identitas persisten yang bersifat immutable (tidak dapat diubah) selama pengguna masih menjadi pelanggan sebuah brand.
Dengan pendekatan ini, perusahaan bisa mendeteksi dan memblokir perangkat yang digunakan untuk aktivitas curang secara permanen. Bahkan, IDAnchor™ juga memungkinkan fitur mirip notifikasi login Apple atau Google. Misalnya, jika ada upaya login ke akun Gojek atau Grab dari perangkat baru, pengguna akan mendapat peringatan. Mereka bisa segera menolak percobaan login palsu, sementara perangkat penyerang otomatis masuk daftar hitam. “Jika seseorang mencoba menyamar menggunakan perangkat baru, brand bisa segera memblokir akses. Perangkat tersebut tak akan pernah bisa digunakan lagi untuk menyerang,” tegas Jan.
Data terbaru menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan serius. Meski menjadi negara paling mobile-first di Asia Tenggara, Indonesia juga termasuk salah satu yang paling banyak diserang. Menurut studi terkini, terdapat sekitar 3.300 serangan siber per minggu di Indonesia.
Jenis serangan yang paling sering ditemui adalah SMS phishing dengan tautan berbahaya, penyebaran malware, serta serangan berbasis AI. Teknologi AI kini bahkan mampu menembus autentikasi biometrik seperti Face ID dan voice recognition, yang sebelumnya dianggap sangat aman. “AI kini mampu meniru wajah atau suara dengan sangat realistis, sehingga autentikasi biometrik pun bisa ditembus. Dampaknya bisa jauh melampaui kehilangan saldo e-wallet,” kata Jan.
Potensi kerugian akibat serangan ini tidak hanya berupa uang. Akun e-wallet atau ride-hailing dapat disalahgunakan untuk transaksi ilegal, sementara kasus yang lebih berbahaya adalah pencurian identitas yang kemudian digunakan untuk membuat berbagai akun baru di platform lain.
Industri keamanan mengenal istilah CIAM (Customer Identity and Access Management), tetapi sebagian besar solusinya masih berfokus pada identitas digital berbasis web. Di sinilah Appdome menegaskan keunikan IDAnchor™, yang sepenuhnya dirancang untuk ekosistem mobile.
IDAnchor™ menciptakan beberapa ID yang tidak bisa diubah untuk setiap aplikasi yang dibangun di platform Appdome, setiap instalasi aplikasi pada perangkat, dan setiap perangkat tempat aplikasi diinstal. Jika ada pelanggaran kepercayaan di salah satu rantai ini, sistem akan memberi sinyal risiko kepada perusahaan. Brand kemudian dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk melindungi diri sekaligus konsumen yang menjadi target serangan. “Inilah yang membuat IDAnchor™ unik—bukan hanya melindungi aplikasi, tetapi juga memastikan identitas mobile pengguna tetap aman sepanjang siklus hidupnya,” jelas Jan.
Namun, upaya perlindungan tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan. Jan menekankan perlunya kewaspadaan ganda dari konsumen Indonesia. Menurutnya, ada dua hal penting yang harus dilakukan. Pertama, pengguna harus selalu mengadopsi praktik keamanan dasar: tidak mengklik tautan dari sumber tak dikenal, tidak memindai QR code mencurigakan, serta waspada terhadap panggilan telepon yang mengaku dari bank atau instansi resmi.
Kedua, masyarakat Indonesia perlu lebih aktif menekan penyedia aplikasi. Salah satu cara sederhana adalah meninggalkan komentar di App Store atau Play Store dengan pertanyaan seperti: “Bagaimana aplikasi ini melindungi saya dari ancaman berbasis AI?” atau “Apa solusi yang diterapkan untuk mencegah pencurian identitas?” Tekanan publik seperti ini, menurut Jan, akan memaksa pengembang aplikasi untuk segera mencari solusi nyata dari vendor keamanan.
“Jika konsumen Indonesia mulai menuntut perlindungan yang lebih baik, pengembang aplikasi tidak bisa lagi menunda. Mereka akan terdorong mencari solusi untuk benar-benar melindungi pelanggan,” ujar Jan.
Di tengah kamera ponsel yang semakin pintar, pengguna mobile Indonesia juga harus semakin cerdas. “Pengguna harus lebih pintar dalam menghindari penipuan. Ancaman makin canggih, tapi solusi pun ada. Kuncinya ada pada kesadaran dan kolaborasi antara pengguna, brand, dan penyedia teknologi seperti Appdome,” pungkasnya.
(tim)

































