Australia merupakan salah satu eksportir gas alam cair (LNG) terbesar di dunia, memasok sekitar seperlima volume global, mayoritas ke pasar Asia.
Namun, para produsen LNG, yang meraup sekitar A$67 miliar (US$44 miliar) dari ekspor sepanjang tahun hingga Juni 2025, mendapat kritik karena dinilai lebih mengutamakan ekspor ketimbang pasokan domestik.
Kondisi ini memicu kekhawatiran potensi defisit pasokan di pusat populasi kawasan timur dan tenggara.
Santos menyatakan mendukung skema wajib pasok sebagian produksi gas yang masuk akal untuk proyek baru.
Shell menilai sistem yang terancang baik dapat diterima bila dibarengi reformasi regulasi yang lebih luas. Sementara itu, Woodside menekankan agar kebijakan tersebut bersifat spesifik per wilayah.
Saat ini, Australia Barat menjadi satu-satunya negara bagian yang memiliki aturan reservasi gas. Empat dari sepuluh proyek ekspor LNG nasional berlokasi di wilayah tersebut.
Regulasi mengharuskan produsen LNG lepas pantai menyisihkan hingga 15% produksi untuk pasar lokal. Namun, realisasi di lapangan jauh lebih kecil karena kebutuhan domestik di wilayah tersebut tidak sebesar angka yang ditetapkan.
Konsultasi kebijakan ini dilakukan bersamaan dengan tinjauan pemerintah terhadap aturan utama pasar gas, termasuk mekanisme penjualan ke pembeli domestik serta porsi ekspor dari produsen LNG di pantai timur.
Kajian juga akan menimbang perubahan kebijakan jangka panjang guna mendorong investasi dan memastikan ketahanan energi. Laporan final dijadwalkan rampung dan diserahkan ke pemerintah sebelum akhir tahun.
(bbn)































