Suhendra menuturkan kerja sama dengan Yunnan Tin itu terbilang strategis untuk mendorong posisi TINS di pasar global. Alasannya, Yunnan Tin saat ini menguasai sekitar 50% pasar timah. Sementara itu, TINS menguasai sekitar 13% sampai dengan 15% pasar timah.
“Di mana kalau kita lihat teknologi yang digunakan oleh mereka dalam penambangan timah itu sudah cukup modern, kita juga berharap mungkin proses kerja samanya berlanjut,” kata Suhendra, medio Juni.
Sekadar catatan, TINS melaporkan realisasi produksi bijih timah sepanjang semester I-2025 mencapai 6.997 ton Sn atau terkontraksi sebesar 32% jika dibandingkan dengan produksi bijih timah pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 10.250 ton Sn.
Sementara itu, penjualan logam timah juga turun 28% menjadi 5.983 metrik ton pada semester I-2025 jika dibandingkan dengan tahun lalu sejumlah 8.299 metrik ton.
Dalam kaitan itu, produksi logam timah juga turun menjadi 6.870 metrik ton atau terkoreksi 29% dibandingkan dengan tahun lalu sebanyak 9.675 metrik ton.
“Memang dari jumlah alat produksi, itu yang cukup signifikan, terutama di sisi kapal isap produksi. Kedua adalah memang intensitas cuaca pada 2025 ini juga cukup lebih lama dari tahun lalu,” kata Direktur Operasi dan Produksi TINS Nur Adi Kuncoro dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Senin (22/9/2025).
Di sisi lain, harga jual rata-rata logam dilaporkan naik menjadi US$32.816 per metrik ton sepanjang semester I-2025 atau naik 8% dari periode yang sama tahun lalu senilai US$30.397 per metrik ton.
Menurut Nur, penurunan produksi bijih timah juga dipengaruhi adanya lokasi pertambangan yang belum dapat ditambang yakni di Oliver di Laut Belitung, Briga di Bangka Tengah, serta Laut Rias di Bangka Selatan.
Dari sisi keuangan, TINS mencatatkan pendapatan sebesar Rp4,2 triliun sepanjang semester I-2025 atau terkoreksi 19% dari realisasi tahun sebelumnya sejumlah Rp5,2 triliun.
Pendapatan sebelum perpajakan TINS terkoreksi dalam 31% secara tahunan menjadi Rp838 miliar pada semester I-2025, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu sebanyak Rp1,2 triliun.
Dengan begitu, Nur melaporkan bahwa perseroan mencatatkan laba pada semester I-2025 sebesar Rp300 miliar atau terkoreksi 31% jika dibandingkan dengan realisasi periode yang sama pada tahun lalu sejumlah Rp434 miliar.
“Dari posisi neraca, kami sampaikan untuk aset kita adalah di Rp12,3 triliun, sedangkan liabilitas kita adalah Rp5,03 triliun, ekuitas ada di Rp7,2 triliun untuk semester I-tahun 2025. Lanjut,” terangnya.
(azr/wdh)


































