Dia menjelaskan longsor yang terjadi di GBC telah mendorong kenaikan harga tembaga global hingga berpotensi menyentuh level US$10.500/ton dalam waktu dekat.
“Kenaikan harga ini terjadi karena pasar khawatir akan berkurangnya pasokan dari salah satu produsen tembaga terbesar di dunia,” jelasnya.
Tembaga dilego di harga US$10.126,50/ton pagi ini di London Metal Exchange (LME), terkontraksi 0,59% dari penutupan hari sebelumnya, meski masih beredar di zona bullish di atas US$10.000/ton.
Sejak pembukaan pekan ini, harga tembaga konstan naik lebih dari 1%. Sepanjang tahun berjalan atau year to date (ytd), kenaikan harga tembaga telah mencapai lebih dari 15%, menurut perhitungan Bloomberg.
Selain Grasberg Block Cave, produksi tembaga Freeport saat ini mengandalkan dua tambang lainnya yakni Deep Mill Level Zone (DMLZ) dengan produksi sekitar 70.000 ton bijih sehari, dan Big Gossan 7.000 ton bijih per hari dengan kadar tembaga yang lebih tinggi.
Ketua Badan Kejuruan Pertambangan Perhimpunan Insinyur Indonesia (PII) Rizal Kasli menjelaskan, Indonesia merupakan negara produsen tembaga terbesar ke-5. Pasokan tembaga dari Freeport sendiri menyumbang sekitar 3% dari total produksi global.
Rizal menjelaskan negara penghasil pertama tembaga merupakan Cile dengan kontribusi produksi sekitar 23% terhadap total pasokan global.
Kedua, Peru dengan kontribusi produksi sebesar 12% terhadap seluruh stok tembaga global. Ketiga, China dengan total produksi 12% terhadap keseluruhan pasokan tembaga dunia.
Keempat, Kongo dengan total produksi tembaga sebesar 8% terhadap total stok tembaga dunia.
Dirjen Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tri Winarno mengungkapkan longsor di Grasberg tersebut membuat kapasitas produksi tambang Freeport turun menjadi 30% dari total kapasitas perseroan.
Tri memastikan proses evakuasi tujuh pekerja di tambang Freeport masih berlangsung hingga siang hari ini. Saat ini, tim evakuasi berupaya mengeluarkan material longsor yang menutup akses menuju tambang GBC.
“Produksi pasti berdampak. Sementara ini, produksi [di tambang GBC] berhenti. [Kapasitas produksi tambang hanya] 30% dari kapasitas total,” kata Tri ditemui awak media di Kompleks Parlemen, awal pekan ini.
Hingga saat ini, operasional pertambangan di tambang bawah tanah tersebut masih diberhentikan sementara. Manajemen Freeport juga memastikan proses evakuasi tujuh pekerja yang terjebak akibat insiden longsor tersebut masih berlanjut.
VP Corporate Communications Freeport Katri Krisnati menjelaskan tim penyelamat terus bekerja tanpa henti untuk membuka akses menuju lokasi keberadaan tujuh pekerja tersebut, meski terus menghadapi tantangan dan risiko keselamatan tinggi.
“Kami mengajak seluruh pihak untuk mendoakan kelancaran operasi serta keselamatan tim yang bertugas di lapangan,” kata Katri dalam keterangan tertulis yang diterima Senin (15/9/2025) malam.
Adapun, Freeport sebelumnya mengungkapkan bahwa Kementerian ESDM menyetujui volume bijih yang ditambang perusahaan sebanyak 212.000 ton per hari dalam revisi rancangan kerja anggaran dan biaya (RKAB) 2025.
Dalam bijih tersebut terdapat 1% kandungan tembaga dan 1 gram/ton emas. Sementara itu, bijih yang ditambang secara anual ditargetkan sebanyak 75—77 juta ton untuk tahun ini.
Jumlah konsentrat yang diproduksi secara harian disetujui sebanyak 10.000 ton dan secara tahunan 3,5 juta ton, tergantung kadar tembaga yang ditambang. Kemudian, produksi tembaga tahun ini sebanyak 1,67 miliar pon, emas 1,6 juta ons, dan 5,7 juta ons.
(azr/wdh)

































