Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengatakan estimasi kerugian yang ditimbulkan akibat demonstrasi yang berujung kericuhan di Jakarta pada akhir bulan lalu tersebut mencapai Rp55 miliar.
Pramono menjelaskan kerugian infrastruktur MRT Jakarta, misalnya, mencapai Rp3,3 miliar. Kemudian, kerusakan infrastruktur Transjakarta mencapai Rp41,6 miliar.
"(kerusakan) CCTV serta fasilitas lain Rp5,5 miliar," kata Pramono dalam rapat koordinasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah DKI Jakarta di Balai Kota Jakarta, Senin, (1/9/2025).
Pramono juga menyebutkan bahwa pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus memberikan subsidi transportasi mencapai Rp18 miliar. Hal ini dikarenakan, pemerintah memberikan harga Rp1 untuk layanan MRT dan Trans Jakarta hingga 8 September 2025.
Terdapat tujuh Halte Trans Jakarta dibakar massa. Tujuh halte tersebut yakni Halte Bundaran Senayan, Halte Pemuda pramuka, Halte Polda Metro Jaya, Halte Senen Toyota Rangga, Halte Sentral Senen, Halte Senayan Bank DKI, dan Halte Gerbang Pemuda.
Kemudian, Stasiun MRT pun tak luput dari bulan-bulanan amukan massa. Stasiun MRT Istora Mandiri di depan Polda Metro Jaya mengalami kerusakan. Fasilitas yang dirusak seperti pintu masuk stasiun, mulai dari kaca yang pecah, vandalisme, perusakan CCTV atau kamera pengawas, serta penjarahan beberapa isi mesin jual otomatis atau vending machine.
Tujuh Gerbang Tol juga tak luput dari sasaran amuk massa. Tujuh gerbang tol yang dibakar massa, yaitu GT Slipi 1, GT Slipi 2, GT Pejompongan, GT Senayan, GT Semanggi 1, GT Semanggi 2, GT Kuningan 1.
Selain itu, fasilitas pelayanan jalan tol lain juga dirusak oleh massa yaitu lebih dari 20 unit Water Barrier. Kemudian, rubber cone, Median Concrete Barrier (MCB), CCTV jalan tol dan sarana pendukung jalan tol lainnya.
(ell)































