Logo Bloomberg Technoz

Sejatinya fundamental rupiah cukup kuat. Ini terlihat dari arus modal yang masih mengalir ke pasar keuangan Ibu Pertiwi.

Di pasa obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) untuk tenor 10 tahun turun 4 basis poin (bps) menjadi 6,37%. Kemudian tenor dua tahun turun 3 bps menjadi 5,35%, lima tahun turun 4,9 bps ke 5,74%, tenor 20 tahun turun 4,1 bps ke 6,86%, dan tenor 30 tahun turun 1,8 bps menjadi 6,88%.

Penurunan yield menandakan harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan.

Akan tetapi, riset Mega Capital Sekuritas menilai ada sentimen negatif yang menaungi rupiah. Sentimen itu datang dari rencana pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk berbagi beban (burden sharing) dalam pembiayaan program-program unggulan seperti Makan Bergizi Gratis, 3 Juta Rumah, atau Koperasi Desa Merah-Putih.

“Walaupun besaran nilai dan teknis program burden sharing masih belum jelas, rencana ini dapat memicu tekanan depresiasi rupiah hari ini dengan target rentang Rp 16.450-16.550/US$,” ungkap riset itu.

(aji)

No more pages