Pembunuhan ini menjadi pukulan besar bagi kelompok tersebut. Houthi menguasai Sana’a sejak 2014 dan terus bertahan dalam perang saudara melawan pasukan pemerintah yang didukung Arab Saudi dan sekutunya. Sejak pecah perang Israel-Hamas pada 2023, Houthi juga melancarkan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah serta menembakkan drone dan rudal ke arah Israel sebagai bentuk dukungan terhadap Gaza dan Hamas yang sama-sama mendapat dukungan Iran.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu (31/8) menyatakan bahwa ia memerintahkan angkatan udara menyerang “pertemuan pejabat senior rezim teroris di Sana’a” saat mereka berkumpul untuk mendengarkan pidato Abdul-Malik Al-Houthi. Netanyahu menyebutnya sebagai “serangan mematikan” yang menewaskan sebagian besar pejabat tinggi pemerintahan Houthi serta sejumlah petinggi militer lainnya.
“Ini baru permulaan untuk menargetkan tokoh-tokoh senior di Sana’a — kami akan memburu mereka semua,” tegas Netanyahu, seraya menyinggung bahwa militer dan aparat keamanan Israel telah memperkuat basis intelijennya terhadap Houthi.
Pada hari yang sama, Abdul-Malik Al-Houthi, yang kini menjadi target utama Israel di Yaman, menyampaikan pidato televisi. Ia menegaskan bahwa Houthi tengah melancarkan perang melawan Israel beserta sekutu dan pendukungnya atas nama seluruh bangsa Arab dan umat Muslim.
“Rencana Zionis adalah untuk memperbudak dan menodai umat ini,” katanya, menggunakan istilah ummah untuk merujuk pada komunitas Muslim.
Pernyataan itu semakin menegaskan peran Houthi dalam “poros perlawanan” yang dibangun Iran — jaringan kelompok militan Timur Tengah yang berhaluan anti-Israel. Sebelumnya, Hezbollah di Lebanon menjadi kelompok terbesar dan terkuat dalam jaringan ini, sebelum mengalami kerugian besar akibat serangan Israel pada akhir tahun lalu.
Di sisi lain, perusahaan keamanan maritim Ambrey melaporkan pada Minggu bahwa sebuah kapal tanker berbendera Liberia melaporkan adanya ledakan di Laut Merah, sekitar 38 mil laut barat daya Yanbu, Arab Saudi. Ambrey menyebut kapal itu — yang tidak diungkap namanya — sesuai dengan profil kapal milik Israel yang biasanya menjadi target Houthi. Kapal tersebut tetap melanjutkan pelayarannya.
Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Hans Grunberg, menambahkan bahwa 11 pegawai PBB di Sana’a dan pelabuhan Hodeida ditangkap Houthi setelah serangan udara Israel tersebut. Ia juga menyebut setidaknya belasan staf PBB lainnya yang telah ditahan kelompok itu sejak 2021 hingga 2023 masih belum dibebaskan.
Houthi diketahui kerap melakukan penangkapan semacam ini dengan dalih menindak orang-orang yang dianggap berkolaborasi dengan musuh mereka di luar negeri.
(bbn)































