Hasil tersebut membuat paruh kedua tahun ini kian berat bagi BYD. Diskon agresif sejak awal tahun menempatkan perusahaan di pusat sorotan, seiring upaya Beijing meredam perang harga demi menjaga kesehatan industri otomotif. Meski begitu, imbauan pemerintah belum banyak berpengaruh karena rival-rival utama tetap menurunkan harga.
Di pasar domestik, penjualan mobil listrik murni masih menunjukkan pertumbuhan, sementara penjualan mobil hybrid justru mencatat kontraksi dibanding tahun sebelumnya. Hal ini membuat ekspansi global BYD semakin vital. Dari Thailand, unit BYD mulai mengekspor kendaraan listrik ke Eropa, termasuk Inggris, Jerman, dan Belgia, menurut laporan Xinhua.
Secara kumulatif, laba bersih paruh pertama mencapai CNY15,5 miliar (Rp35,8 triliun), dengan pendapatan naik 23% menjadi CNY371,3 miliar (Rp857 triliun).
Namun, saham BYD sempat tertekan awal Agustus setelah perusahaan melaporkan pertumbuhan penjualan Juli yang melemah, memicu keraguan apakah target tahunan masih realistis. Analis HSBC yang dipimpin Yuqian Ding menilai penjualan yang lebih lemah dipicu permintaan domestik yang melambat di musim sepi serta disiplin harga yang lebih ketat.
(bbn)































