Adapun surat utang negara, pergerakan yield tenor pendek turun, mengindikasikan ada permintaan beli yang mengungkit harga. Yield 2Y turun 5,7 bps ke level 5,256%.
Namun, tenor lebih panjang mencatat kenaikan imbal hasil. di mana SUN 5Y naik 4,8 bps. Tenor acuan 10Y saat ini terlihat naik 2,9 bps yield-nya ke level 6,338%.
Aksi jual yang menekan rupiah dan melanda indeks saham, serta sebagian surat utang, sudah diperkirakan sebelumnya melihat situasi domestik yang makin mencemaskan.
"Situasi terus berkembang ke arah yang sulit ditebak, sehingga ada kemungkinan para pelaku pasar merespon perkembangan kondisi sosial dengan aksi fire sale, terutama atas aset-aset berisiko," kata tim analis Mega Capital Sekuritas dalam catatannya pagi ini.
Analis memperkirakan, rupiah berpotensi terperosok ke kisaran Rp16.400-Rp16.500/US$ dipicu foreign capital outflow dan potensi skenario lanjutan menuju Rp16.500-Rp16.700/US$, apabila eskalasi kondisi sosial terus berlanjut.
"Tekanan atas rupiah berpotensi memicu aksi jual terhadap SUN dengan perkiraan rentang yield 10Y di 6.35-6.55%. Kami memprediksi intervensi masif dari BI hari ini," imbuh tim analis di antaranya Lionel Priyadi, Muhammad Haikal dan Nanda Rahmawati.
Aksi demonstrasi yang pecah sejak Senin, lalu berlanjut pada Kamis oleh elemen buruh juga mahasiswa, menyentuh titik berbahaya menyusul terbunuhnya Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online, akibat dilindas oleh kendaraan taktis (rantis) yang dikendarai oleh Brigade Mobil (Brimob) Kepolisian RI.
Kemarahan publik membesar dengan sejumlah pengemudi ojek online menuntut keadilan atas kematian rekan mereka ke markas Brimob di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, seperti ditunjukkan oleh berbagai tayangan video amatir warga di media sosial.
(rui)































