Sedangkan sejumlah saham yang melemah dan menjadi top losers di antaranya saham PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) yang ambles 14,9%, saham PT Danasupra Erapacific Tbk (DEFI) jatuh 9,41%, dan saham PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (RELI) drop 9,32%.
Pada tutup dagang, PSEI (Filipina) memimpin penguatan dengan melesat 2,08%. Disusul oleh Weighted Index (Taiwan) menguat 0,88%, KLCI (Malaysia) terapresiasi 0,4%, Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam) melejit 0,31%, NIKKEI 225 (Tokyo) mencatat kenaikan 0,3%, Kospi (Korea Selatan) menguat 0,25%, dan Straits Time (Singapura) menghijau 0,04%.
Sementara Bursa Saham Asia lainnya kompak ada di zona merah i.a Shenzhen Comp. (China) drop 1,91%, Shanghai Composite (China) melemah 1,76%, CSI 300 (China) ambles 1,49%, Hang Seng (Hong Kong) terdepresiasi 1,27%, SETI (Thailand) melemah 0,26%, dan Topix (Jepang) terpental 0,07%.
Jadi, IHSG adalah indeks dengan penguatan tertinggi keempat di Asia, setelah KLCI, Bursa Saham Malaysia.
Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Bertepatan dengan pemecatan Anggota Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) Lisa Cook oleh Presiden Donald Trump.
Trump memutuskan untuk melengserkan Cook akibat dugaan pelanggaran hukum dari pemalsuan dokumen Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada 2021 silam.
Pencopotan Cook dipandang sebagai bentuk campur tangan Presiden terhadap independensi Bank Sentral. Jika terbukti demikian, maka ada risiko peringkat utang (rating) AS turun dan menjadi bencana di pasar keuangan global.
“Dorongan Trump untuk memecat Cook menebalkan kekhawatiran soal independensi The Fed,” tegas Ian Lyngen dari BMO Capital Markets, mengutip Bloomberg News.
Hal itu menyoroti kecemasan pasar yang semakin besar tentang campur tangan politik dalam kebijakan moneter. Hal ini dapat memberi Trump kesempatan untuk menunjuk seseorang ke Dewan Federal Reserve, sementara ia terus menekan pejabat untuk menurunkan suku bunga.
Trump mengatakan dia siap untuk pertarungan hukum setelah dia berusaha memecat Cook di tengah tuduhan dia memalsukan dokumen KPR. The Fed, yang memberikan komentar untuk pertama kalinya minggu ini, mengatakan akan mematuhi keputusan pengadilan dalam tantangan hukum Cook terhadap pemecatannya oleh Trump.
S&P Global Ratings baru–baru ini memperingatkan peringkat kredit negara tersebut dapat “tertekan jika perkembangan politik mempengaruhi kekuatan institusi Amerika, efektivitas kebijakan jangka panjang, atau kemandirian Federal Reserve.”
“Kami akan terus memantau tekanan politik yang meningkat terhadap The Fed, tetapi memperkirakan pengambilan keputusannya akan tetap dipandu oleh mandatnya dalam jangka pendek,” kata Ulrike Hoffmann–Burchardi dari UBS Global Wealth Management.
Analis Panin Sekuritas juga memaparkan hal serupa, investor masih akan mencermati tensi politik dalam negeri AS, setelah Presiden Donald Trump memecat Lisa Cook dengan tuduhan melakukan penipuan.
Lisa Cook menyatakan Trump tidak memiliki kuasa untuk melakukan pemecatan dan tidak akan resign dari posisinya.
“Hal ini berdampak terhadap kenaikan yield obligasi AS yang mengakibatkan investor menjual obligasi AS, yang diindikasikan adalah bagian dari kebijakan Trump untuk mengganti anggota The Fed menjadi yang lebih mendukung dalam pemangkasan suku bunga, yang akan mengurangi independensi The Fed kedepannya,” sebut Panin.
Tarif Trump ke India Capai 50%, Tertinggi di Asia
Sentimen investor juga tertekan oleh tarif baru AS terhadap India. Tarif impor atas India tersebut mulai berlaku pada Rabu 00:01 dini hari waktu Washington. Tarif sebesar 50%, yang diberlakukan sebagai hukuman atas pembelian minyak Rusia oleh New Delhi, berpotensi mengganggu upaya puluhan tahun AS untuk mempererat hubungan dengan India.
Tarif baru tersebut secara resmi menggandakan bea masuk yang sebelumnya sebesar 25% atas ekspor India. Trump menuduh pembelian minyak Rusia oleh India telah membantu mendanai perseteruan Presiden Vladimir Putin di Ukraina. Sebaliknya, pemerintah India menilai langkah AS ini “tidak adil, tidak berdasar, dan tidak masuk akal.”
Keputusan ini mengejutkan pejabat India, terutama setelah berbulan–bulan negosiasi dagang dengan Washington.
Di tengah ketegangan ini, kunjungan tim negosiasi perdagangan AS yang sebelumnya diagendakan pada 25–29 Agustus ditunda. Hal ini menambah keraguan apakah kedua negara bisa mencapai kesepakatan dagang sebelum musim gugur, target yang sebelumnya ditetapkan saat kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi ke Gedung Putih pada Februari lalu.
(fad)
































