“Stabilitas tingkat pengangguran dan berbagai indikator pasar tenaga kerja lainnya memungkinkan kami untuk memulai proses mengubah posisi (stance) kebijakan moneter dengan hati-hati ,” sebut Powell, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.
Akan tetapi, Powell tetap menggarisbawahi bahwa risiko tetap masih ada. Jika risiko itu termaterialisasi, maka bisa jadi The Fed kembali mengubah stance mereka.
“Pergeseran keseimbangan bisa jadi mengubah stance kebijakan kami,” ujarnya.
Saat Powell menyampai pidato ini, harga emas langsung naik. Maklum, emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
“Dengan potensi penurunan suku bunga yang membesar, harga emas mungkin saja mencetak rekor tertinggi baru. Pidato Powell adalah katalis yang hilang untuk membuat harga emas reli seperti yang terjadi awal tahun ini,” kata Ewa Manthey, Commodity Strategist di ING Groep NV, juga dikutip dari Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Setelah naik pekan ini, bagaimana prediksi harga emas buat minggu depan? Apakah masih kuat menanjak atau malah terdepak?
Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), emas menghuni zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 61. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sementara indikator Stochastic ada di 18. Di bawah 20, yang berarti tergolong jenuh jual (oversold).
Meski demikian, pelaku pasar patut waspada karena harga emas masih menyimpan risiko koreksi. Target support terdekat adalah US$ 3.361/troy ons yang merupakan Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka target selanjutnya ada di rentang US$ 3.349-3.327/troy ons.
Support lanjutan ada di kisaran US$ 3.322-3.315/troy ons. Target paling pesimistis atau support terjauh adalah US$ 2.984/troy ons.
Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 3.384-3.385/troy ons. Target paling optimistis atau resisten terjauh ada di US$ 3.460/troy ons.
(aji)
