Harga emas dunia terpangkas usai membukukan kenaikan 2 hari berturut-turut. Selama 2 hari tersebut, harga terangkat 0,43%.
Kabar dari Amerika Serikat (AS) sepertinya menjadi sentimen negatif bagi harga emas. Malam tadi waktu Indonesia, US Bureau of Labor Statistics mengumumkan inflasi tingkat produsen di Negeri Paman Sam pada Juli berada di 0,9% secara bulanan (month-to-month/mtm).
Angka ini jauh di atas ekspektasi pasar dengan perkiraan 0,2% mtm dan menjadi yang tertinggi sejak Juni 2022 atau sekitar 3 tahun terakhir.
Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi produsen pada Juli berada di 3,3%. Di atas ekspektasi dengan perkiraan 2,5% yoy dan menjadi yang tertinggi dalam 5 bulan terakhir.
Sedangkan inflasi inti (core) di tingkat produsen pada Juli adalah 0,9% mtm. Juga lebih tinggi ketimbang ekspektasi di 0,2% mtm.
Adapun inflasi inti di tingkat produsen secara tahunan mencapai 3,7% yoy. Jauh lebih tinggi ketimbang ekspektasi di 2,9% yoy.
Perkembangan ini membuat investor sedikit menurunkan keyakinan soal penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral Federal Reserve. Meski kemungkinannya masih tinggi, tetapi terlihat ada penurunan.
Mengutip CME FedWatch, probabilitas pemangkasan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4-4,25% adalah 92,1%. Turun ketimbang kemarin yang sebesar 94,3%.
Bahkan kini muncul angka kemungkinan suku bunga acuan bertahan di 4,25-4,5% yaitu 7,9%. Kemarin, peluangnya masih 0%.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas jadi kurang menguntungkan saat suku bunga masih tinggi.
(aji)





























