Penguatan rupiah yang terbatas hari ini, setelah sempat menyentuh level terkuat intraday di Rp16.369/US$, juga berlangsung ketika reli harga Surat Utang Negara (SUN) mulai terbatas.
Yield SUN melanjutkan penurunan mengekor tren pasar global akan tetapi tidak sebanyak perdagangan hari sebelumnya.
Yield SUN 2Y misalnya, turun 0,8 basis poin (bps) di level 5,781%. Sedangkan tenor 5Y turun 1,7 bps dan tenor 10Y turun 1,3 bps. Penurunan yield terbanyak dicatat oleh tenor 4Y dan 11Y, di mana imbal hasilnya terpangkas 3,4 bps, seperti ditunjukkan data OTC Bloomberg sore ini.
Reli harga lebih kuat terjadi di pasar saham menyusul data pertumbuhan ekonomi domestik yang lebih tinggi. IHSG ditutup menguat 0,68% di level 7.515,18, senada dengan tren penguatan bursa saham di Asia akibat sentimen arah suku bunga global.
Ekonomi tumbuh tinggi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 tercatat mencapai 5,12% year-on-year, melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan akan terjadi perlambatan dengan laju hanya 4,80%. Capaian kuartal II itu juga menjadi yang tertinggi sejak 2021.
Sementara dalam hitungan periode selama semester I-2025, laju Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh melambat 4,99% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Capaian growth pada kuartal II itu didukung oleh pertumbuhan positif di semua sektor usaha terutama lapangan usaha jasa lainnya 11,31%, lalu jasa perusahaan 9,31% serta transportasi dan pergudangan 8,52%, juga sektor usaha penyediaan akomodasi dan makan minum yang tumbuh 8,04%.
Industri pengolahan masih jadi kontributor terbesar PDB dengan share mencapai 18,67%. Namun, lapangan usaha ini tumbuh 5,68% year-on-year pada kuartal II-2025.
Adapun dari sisi pengeluaran, capaian pertumbuhan ekonomi kuartal II yang mengejutkan itu, terutama disumbang oleh investasi (PMTB) dan ekspor yang masing-masing tumbuh 6,99% dan 10,67%.
Sedangkan belanja pemerintah masih terkontraksi 0,33%. Penyumbang terbesar PDB masih konsumsi rumah tangga yang pada kuartal lalu tumbuh stagnan 4,97% dari kuartal sebelumnya 4,95%.
Capaian kinerja pertumbuhan itu cukup mengejutkan karena data-data yang dirilis sebelumnya banyak memberikan indikasi kelesuan ekonomi.
Aktivitas manufaktur RI misalnya, mencatat kontraksi beruntun selama April, Mei dan Juni. Rekrutmen tenaga kerja juga menyentuh level terendah sejak 2022 berdasarkan laporan Survei Kegiatan Dunia Usaha kuartal II-2025.
Kegiatan dunia usaha pada kuartal II lalu, menurut data Bank Indonesia, juga masih lebih lesu dibanding periode yang sama tahun sebelumnya meski ada perbaikan dibanding kuartal I-2025.
Beberapa lapangan usaha dan subsektor yang mencatat kontraksi pertumbuhan pada kuartal II di antaranya, usaha pertambangan dan penggalian, industri tekstil dan pakaian jadi, juga industri kayu, dan lain sebagainya.
Sementara dari sisi konsumen, Indeks Ekonomi Saat ini yang mengukur persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi Indonesia sekarang dibanding enam bulan lalu, jatuh ke level terendah sejak April 2022 di level 106,7, seperti laporan Survei Konsumen bulan Juni oleh Bank Indonesia.
Begitu juga Indeks Ekspektasi Ekonomi juga jatuh ke level terendah sejak Desember 2022, pada Juni lalu. Sementara Indeks Keyakinan Konsumen juga sempat jatuh ke level terendah sejak September 2022 pada Mei, sebelum akhirnya naik sedikit pada Juni.
Kondisi keuangan konsumen juga perlu mendapat perhatian. Pada Juni, rasio tabungan masyarakat Indonesia menurun ke level terendah sejak Maret.
Penurunan tabungan dibarengi dengan kenaikan konsumsi. Tren itu terjadi ketika rasio utang juga meningkat di hampir semua kelas konsumen.
Pengeluaran untuk utang terbesar terjadi di kelas terbawah, hingga 2,1 poin persentase pada Juni. Hal itu terjadi ketika konsumsi kelas ini sebenarnya menurun juga saat alokasi untuk tabungannya juga turun.
(rui)

































