Namun, harga melonjak kembali menyusul serangan Israel ke target-target di Iran, sebelum akhirnya turun lagi ke bawah US$70/barel.
Sementara itu, investor mendesak perbaikan kinerja raksasa migas pada kuartal II-2025, setelah mencatat kelanjutan koreksi kinerja pada kuartal sebelumnya. Divestasi unit bisnis nonmigas belakangan diambil perusahaan untuk mengimbangi ekpektasi investor tersebut.
Berikut rekapitulasi panduan kinerja Big Oil pada kuartal II-2025:
Laba Minus ExxonMobil
Exxon Mobil Corp. memperkirakan laba perusahaan bakal susut US$1,5 miliar atau sekitar Rp24,35 triliun (asumsi kurs saat ini) pada kuartal II-2025. Raksasa migas AS ini beralasan koreksi laba itu disebabkan karena pelemahan harga minyak mentah dunia.
Komponen penekan laba itu sebagian besar berasal dari kontribusi minyak sebesar US$1 miliar dan gas sebesar US$500 juta.
Kendati demikian, Exxon menargetkan kelonggaran dari margin penyulingan, yang akan menambah sekitar US$300 juta pada laba, kata perusahaan dalam sebuah pernyataan dikutip Senin (28/7/2025).
Panduan tersebut hanya mengacu pada harga pasar dan tidak memperhitungkan kinerja operasional seperti perubahan produksi atau biaya, kata perusahaan tersebut.
Utang TotalEnergies Melebar
TotalEnergies SE mencatat lonjakan utang bersih 29% dibandingkan dengan kuartal I-2025 menjadi US$25,9 miliar, hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan ini dipicu kenaikan belanja perusahaan migas Prancis ini, termasuk untuk akuisisi dan kebutuhan modal kerja yang meningkat.
Laba bersih yang disesuaikan turun menjadi US$3,58 miliar, merosot 23% secara tahunan dan berada di bawah konsensus analis yang memperkirakan laba sebesar US$3,67 miliar.
“Pasar menghadapi kelebihan pasokan akibat keputusan OPEC+ untuk mengembalikan sebagian pemangkasan produksi sukarela, sementara permintaan lemah seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi global,” tulis TotalEnergies dalam pernyataan dikutip, Senin (28/7/2025).
Sebagai perusahaan minyak besar pertama yang merilis laporan keuangan kuartalan, TotalEnergies menyatakan tetap mempertahankan target pembelian kembali saham hingga US$2 miliar pada kuartal III-2025.
Namun, perusahaan hanya berhasil membeli kembali saham senilai US$1,7 miliar sepanjang tiga bulan hingga Juni, turun US$300 juta dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Investasi bersih perusahaan mencapai US$11,6 miliar pada semester I-2025, termasuk akuisisi bersih senilai US$2,2 miliar terhadap perusahaan seperti produsen energi terbarukan asal Jerman, VSB.
TotalEnergies menyatakan investasi bersih sepanjang 2025 diperkirakan tetap dalam kisaran US$17 miliar hingga US$17,5 miliar, sejalan dengan rencana sebelumnya, berkat program divestasi yang dijadwalkan pada paruh kedua tahun ini.
Pelemahan Laba Shell
Shell Plc memperkirakan realisasi perdagangan Migas pada kuartal II-2025 bakal lebih rendah dibandingkan dengan periode tiga bulan sebelumnya.
CEO Shell, Wael Sawan, menyatakan pada Maret bahwa tim perdagangannya belum pernah merugi dalam 1 kuartal pun selama satu dekade terakhir.
Di bawah kepemimpinan Sawan, raksasa migas Inggris ini berfokus pada efisiensi biaya, peningkatan keandalan operasional, serta penjualan aset-aset yang berkinerja buruk. Strategi ini bertujuan memangkas kesenjangan valuasi antara Shell dan para pesaingnya di AS.
Langkah tersebut, yang juga mencakup penajaman fokus pada bisnis inti minyak dan gas serta peningkatan imbal hasil bagi pemegang saham, berhasil mendorong saham Shell mengungguli rival-rival terdekatnya sepanjang tahun ini.
Namun demikian, masih ada tanda tanya besar terkait dengan prospek pertumbuhan produksi minyak perusahaan ke depan.
Balik Arah BP
BP Plc memperkirakan peningkatan produksi dan hasil yang kuat dari bisnis perdagangan minyaknya pada kuartal II-2025.
Hal tersebut menawarkan potensi dorongan bagi perusahaan energi besar yang sedang berjuang untuk membalikkan kinerja buruk selama bertahun-tahun.
Produksi untuk tiga bulan hingga Juni kini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal I-2025, kata BP dalam sebuah pernyataan pada Jumat (11/7/2025).
Proyeksi tersebut naik dari proyeksi sebelumnya yang secara umum stagnan. Utang bersih pun diestimasikan sedikit menurun.
Utang bersih, yang naik sekitar US$4 miliar pada kuartal pertama menjadi hampir US$27 miliar, diperkirakan menurun "sedikit" pada kuartal kedua.
Cuan Chevron di Permian
Chevron Corp. berada di ambang mencapai titik puncak produksinya di ladang minyak terbesar AS, yang memungkinkan raksasa migas itu untuk meraup arus kas tambahan miliaran dolar dalam beberapa tahun mendatang.
Perusahaan ini memangkas rig pengeboran dan kru fracking di Cekungan Permian, Texas, dan New Mexico, seiring mendekati target jangka panjangnya untuk memproduksi 1 juta barel setara minyak per hari di wilayah tersebut, ujar Bruce Niemeyer, Presiden Bisnis Serpih Chevron, dalam sebuah wawancara pada Rabu.
Sumur-sumur baru sebagian besar akan mengimbangi penurunan alami, yang berarti produksi akan tetap berada di sekitar level ini hingga 2040, memungkinkan Chevron meraup arus kas bebas tahunan sebesar US$5 miliar pada 2027, ujarnya.
Raksasa minyak ini meningkatkan produksi sekitar 65% selama lima tahun terakhir dan kini beroperasi pada skala dan efisiensi yang memungkinkannya mengurangi belanja modal tanpa menurunkan produksi.
Chevron telah memangkas rig pengeborannya dari 13 menjadi 9 sejak awal tahun dan mengurangi kru frackin-gnya dari empat menjadi tiga.
Pemangkasan ini akan membantu perusahaan meningkatkan arus kas bebas dari Permian sebesar US$2 miliar selama tahun ini dan tahun depan, mencapai US$5 miliar per tahun pada 2027, jika harga minyak mentah Brent rata-rata US$60 per barel.
Kinerja Eni Lampui Konsensus
Eni SpA melaporkan laba yang melampaui estimasi analis berkat hasil dari penjualan aset dan pemangkasan biaya yang membantu mengimbangi pasar minyak yang melemah.
Meskipun harga minyak mentah lebih rendah pada kuartal II-2025—yang membebani pendapatan perusahaan minyak Eropa lainnya — kinerja Eni telah terdongkrak oleh program pengurangan biaya yang dijalankan mulai awal tahun ini, sementara penjualan aset telah menurunkan utang.
Laba bersih yang disesuaikan turun 25% dari tahun sebelumnya menjadi €1,13 miliar (US$1,3 miliar). Angka tersebut melampaui estimasi rata-rata analis yang disurvei Bloomberg sebesar €932,6 juta.
Eni kini menargetkan pemangkasan biaya sebesar €3 miliar tahun ini, naik dari €2 miliar sebelumnya. Perusahaan juga menaikkan proyeksi pendapatan tahunan dari divisi gasnya menjadi €1 miliar dari €800 juta.
Eni mengonfirmasi rencana pengembalian pemegang saham pada 2025 dan menyatakan bahwa mereka memperkirakan arus kas bebas sebelum modal kerja sekitar €11,5 miliar, naik dari proyeksi sebelumnya sebesar €11 miliar.
Utang bersih menyusut menjadi €29,1 miliar pada akhir Juni.
(wdh)






























