Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga emas batangan Logam Mulia produksi PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) turun hari ini. Koreksi yang sejalan dengan harga emas dunia.
Pada Rabu (16/7/2025), emas Antam dibanderol Rp 1.908.000/gram. Melemah Rp 6.000 dibandingkan hari sebelumnya.
Sementara harga pembelian kembali (buyback) oleh Antam ada di Rp 1.752.000/gram. Juga berkurang Rp 6.000 dari hari sebelumnya.
Berikut daftar harga emas Logam Mulia Antam selengkapnya untuk hari ini:

Dinamika harga emas dunia menyebabkan koreksi harga emas Antam. Kemarin, harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 3.327/troy ons. Turun 0,47% dibandingkan hari sebelumnya.
Harga emas dunia kini genap turun 2 hari beruntun. Selama 2 hari tersebut, harga terpangkas 0,89% secara point-to-point.
Kabar dari AS menjadi sentimen negatif bagi harga emas. Pertama adalah dinamika kebijakan perdagangan luar negeri pemerintahan Presiden Donald Trump.
Belum lama ini, Trump mengungkapkan surat kepada sejumlah pemimpin negara seputar tarif bea masuk. Termasuk di antaranya kepada Presiden Prabowo Subianto, di mana Trump menyatakan Indonesia bakal dikenakan tarif bea masuk 32%. Rencananya tarif ini berlaku mulai 1 Agustus.
Namun ada perkembangan baru. Waktu hingga 1 Agustus dimanfaatkan untuk bernegosiasi.
Bagi Indonesia, Trump pun mengumumkan akan ada tarif baru. Indonesia kemungkinan tidak akan terkena tarif 32%, tetapi lebih rendah dari itu.
“Mereka (Indonesia) akan membayar 19%, dan kami tidak membayar apapun. Kami akan punya akses penuh ke Indonesia,” ungkap Trump kepada para jurnalis di Gedung Putih, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.
Indonesia, lanjut Trump, juga sepakat untuk membeli komoditas energi dari AS senilai US$ 15 miliar. Kemudian ada kesepakatan membeli produk pertanian senilai US$ 4,5 miliar dan 50 unit pesawat Boeing.
“Jika kemudian ada transshipment dari negara dengan tarif yang lebih tinggi, maka tarif itu akan ditambahkan dari tarif yang harus dibayar Indonesia,” tambah Trump.
Indonesia bisa menjadi contoh bahwa dengan negosiasi maka tarif bea masuk bisa diturunkan. Apabila itu bisa terjadi terhadap negara-negara lain, maka perang dagang dalam skala global bisa terhindarkan. Arus perdagangan akan lebih lancar, dan dunia terhindar dari jurang resesi ekonomi.
Emas adalah aset yang dikenal aman (safe haven asset). Saat situasi lebih kondusif, lebih tenang, maka investor biasanya memilih aset yang lebih berisiko dan memberikan keuntungan secara instan.
Kabar lain yang kurang menguntungkan bagi emas adalah rilis data ekonomi terbaru di AS. Kemarin, Bureau of Labor Statistic mengumumkan inflasi AS pada Juni berada di 2,7% year-on-year (yoy). Lebih tinggi ketimbang Mei yang sebesar 2,4% yoy dan menjadi yang tertinggi sejak Februari.
Secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi Juni berada di 0,3%. Lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,1% mtm dan menjadi yang tertinggi dalam 5 bulan terakhir.
Sedangkan inflasi inti (core) pada Juni ada di 2,9% yoy. Lebih tinggi dari posisi Mei yang sebesar 2,8%.
Adapun inflasi inti secara bulanan adalah 0,2% mtm pada Juni. Juga lebih tinggi ketimbang Mei yang sebesar 0,1% mtm.
Perkembangan ini bisa menyebabkan bank sentral Federal Reserve berpikir ulang untuk menurunkan suku bunga acuan. Saat laju inflasi terakselerasi, maka menjadi sulit untuk menerapkan kebijakan moneter longgar.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas jadi kurang menguntungkan saat suku bunga acuan belum turun.
(aji)