Uni Eropa (UE) sebelumnya berharap dapat menyepakati kesepakatan awal dengan AS guna menghindari kenaikan tarif, namun surat Trump justru memupus optimisme yang mulai tumbuh di Brussels mengenai peluang tercapainya kesepakatan menjelang tenggat waktu.
“Jika Anda bersedia membuka pasar perdagangan Anda yang selama ini tertutup bagi Amerika Serikat, serta menghapus tarif dan hambatan non-tarif lainnya, kami mungkin akan mempertimbangkan penyesuaian terhadap surat ini,” tulis Trump.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan blok tersebut “mencatat” isi surat Trump dan memperingatkan bahwa langkah semacam itu akan merugikan kedua belah pihak. Para duta besar negara anggota UE dijadwalkan bertemu pada Minggu untuk membahas perkembangan situasi.
“Kami tetap siap untuk melanjutkan upaya mencapai kesepakatan sebelum 1 Agustus,” ujar von der Leyen dalam pernyataan resmi.
“Namun pada saat yang sama, kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan UE, termasuk menerapkan tindakan balasan yang sepadan jika dibutuhkan,” kata von der Leyen.
Pada April lalu, Trump sempat mengumumkan tarif 20% terhadap UE dalam acara bertajuk “Liberation Day”, kemudian menurunkannya menjadi 10% dalam masa jeda negosiasi selama 90 hari.
Namun, setelah frustrasi dengan proses negosiasi bersama 27 negara anggota, Trump kembali mengancam akan menaikkan tarif menjadi 50%.
Awal pekan ini, Uni Eropa menyatakan bahwa mereka hampir mencapai kerangka kesepakatan dengan AS, usai von der Leyen melakukan pembicaraan langsung dengan Trump akhir pekan lalu.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan penolakan keras terhadap ancaman tarif tersebut, sementara Perdana Menteri Belanda Dick Schoof menyebut melalui unggahan di X bahwa UE “harus tetap bersatu dan tegas demi mencapai hasil yang saling menguntungkan dengan Amerika Serikat.”
Tarif baru tersebut akan berlaku secara luas, namun terpisah dari tarif sektoral atas produk tertentu seperti mobil dan baja. Jika diberlakukan, UE akan berada dalam posisi yang kurang kompetitif dibandingkan Inggris — yang keluar dari blok tersebut pada 2020 dan telah lebih dulu meneken kesepakatan dagang dengan Trump.
Perang Fentanyl dan Tarif ke Meksiko
Dalam surat kepada Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum, Trump mengapresiasi bantuan Meksiko dalam mengamankan perbatasan, namun menyebut upaya tersebut masih belum cukup.
Trump menambahkan jika Meksiko berhasil menekan kartel narkoba dan menghentikan arus masuk fentanyl, AS akan mempertimbangkan penyesuaian tarif.
“Tarif ini dapat dinaikkan atau diturunkan, tergantung pada bagaimana hubungan antara negara kita berkembang,” tulis Trump.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan tarif 30% tidak akan berlaku untuk barang yang sudah sesuai dengan perjanjian USMCA. Namun, situasinya masih sangat dinamis. Pemerintah sebelumnya telah menyatakan akan tetap mempertahankan pengecualian untuk Kanada.
Kelanjutan pengecualian bagi Meksiko dan Kanada akan mempersempit cakupan tarif kontinental Trump, sekaligus menjadi penyelamat bagi sektor otomotif yang sangat bergantung pada pengiriman bebas bea dan rantai pasok terintegrasi yang diatur dalam USMCA — perjanjian yang diperbarui saat masa jabatan pertama Trump.
Melalui suratnya kepada Kanada sebelumnya, Trump telah menyampaikan rencana kenaikan tarif tertinggi menjadi 35% untuk Kanada dan 30% untuk Meksiko. Namun, beberapa tarif lain tetap tidak berubah, termasuk bebas bea untuk barang USMCA dan tarif 10% untuk produk energi dari Kanada.
Menteri Ekonomi Meksiko Marcelo Ebrard mengunggah pernyataan pemerintah yang menyebut tarif baru ini sebagai langkah yang “tidak adil.”
Dalam pernyataan tersebut disebutkan bahwa kedua negara baru saja membentuk gugus tugas permanen pada Jumat untuk membahas isu keamanan, migrasi, dan ekonomi.
“Tugas utama gugus tugas ini adalah menyiapkan solusi sebelum tenggat waktu agar bisnis dan lapangan kerja di kedua sisi perbatasan tetap terlindungi,” tulis pernyataan itu. “Meksiko saat ini sedang dalam proses negosiasi.”
Meksiko menjadi negara ketiga yang menerima surat resmi dari Trump meskipun tidak sedang menghadapi ancaman kenaikan tarif dalam tenggat 9 Juli, setelah Kanada dan Brasil.
Negara-negara lain yang baru-baru ini disebut Trump sebagai target tarif tambahan termasuk Jepang, Korea Selatan, Afrika Selatan, Indonesia, Thailand, dan Kamboja, serta Aljazair, Libya, Irak, dan Sri Lanka.
(bbn)






























