"Meski kita sudah memasuki pertengahan musim kemarau, berbagai faktor atmosfer global dan regional masih mendukung terjadinya hujan lebat dan cuaca ekstrem di banyak wilayah," kata Dwikorita dalam keterangannya, dikutip Sabtu (12/7/2025).
Di beberapa hari terakhir, intensitas hujan signifikan tercatat di sejumlah wilayah. Pada 9 Juli, hujan harian di atas 50 mm terjadi di Nabire dan Kalimantan Barat. Sementara pada 8 Juli, hujan sangat deras turun di Papua Barat, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Maluku, dan Papua.
Akibatnya, kata Dwikorita, kondisi ini telah menyebabkan bencana hidrometeorologis, seperti banjir, tanah longsor, genangan air, pohon tumbang hingga kerusakan infrastruktur.
Hujan deras dengan status siaga diprakirakan akan terjadi di berbagai wilayah, termasuk Aceh, Sumatera Utara, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
Selain itu, angin kencang berpotensi melanda wilayah barat hingga timur Indonesia, termasuk Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku.
Di lautan, kecepatan angin lebih dari 25 knot diprediksi akan memicu gelombang tinggi di beberapa perairan seperti Perairan Utara Aceh, Laut China Selatan, Laut Natuna Utara, Laut Jawa bagian timur, Laut Flores, Laut Arafuru, Laut Timor, Laut Banda, Laut Seram, Samudra Pasifik sebelah utara Maluku Utara, serta Samudra Hindia sebelah barat daya Banten, sebelah selatan Jawa, dan sebelah selatan NTT.
BMKG mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap potensi cuaca ekstrem. Dwikorita meminta masyarakat menjauhi area terbuka saat terjadi petir, menghindari pohon atau bangunan tua saat angin kencang, serta tetap menjaga kesehatan karena cuaca terik masih mungkin terjadi di tengah pola hujan yang aktif.
"Masyarakat harus tetap waspada, meski secara kalender kita berada di musim kemarau. Jangan lengah. Cuaca bisa berubah cepat dan membawa dampak besar," pungkasnya.
(mef/ros)
































