Logo Bloomberg Technoz

Natasha White -- Bloomberg News

Bloomberg, Bank-bank besar dunia telah menyalurkan lebih dari US$385 miliar ke industri pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) dalam 3 tahun terakhir, menurut analisis sejumlah lembaga nonprofit.

Aliran dana tahunan bahkan meningkat pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya.

Padahal, hampir 200 negara sepakat untuk mengurangi penggunaan batu bara pada KTT Iklim COP26 di Glasgow pada 2021 lalu.

Sementara, sejumlah bank komersial besar dunia juga berkomitmen untuk mengurangi eksposur pada bisnis fosil pada portofolio mereka.

Hanya saja, 4 tahun setelah janji itu dibuat, dampaknya terhadap aliran pendanaan nyaris tidak terlihat.

“Seolah-olah KTT Glasgow tak pernah terjadi,” kata Katrin Ganswindt, Direktur Riset Keuangan di Urgewald, lembaga nonprofit asal Jerman yang ikut menyusun laporan tersebut.

Grafik pendanaan proyek batu bara 3 tahun terakhir. (Bloomberg)

Batu bara,  sumber energi paling mencemari di dunia, menyumbang lebih dari dua pertiga pembangkit listrik global, menurut Badan Energi Internasional (IEA).

Jika pembangkit batu bara tetap beroperasi seperti sekarang, hal itu cukup mendorong pemanasan global melampaui target Perjanjian Paris sebesar 1,5°C.

Meski jumlah proyek baru batu bara terus menurun, Urgewald mencatat pembangkit yang sudah ada masih bertahan. Menutup pembangkit lebih awal juga bukan perkara mudah, terutama di negara berkembang di mana usia operasionalnya masih relatif muda.

Selain perlu kehadiran energi bersih sebagai pengganti, para pendana juga harus diberi kompensasi. Namun, program transisi dini yang ada justru terhambat oleh berbagai kendala politik dan finansial.

Kembalinya Donald Trump ke panggung politik AS juga memberi angin segar bagi industri batu bara. Awal tahun ini, Trump menandatangani serangkaian kebijakan yang mendorong konsumsi dan produksi batu bara di dalam negeri.

Urgewald mencatat bahwa bank-bank asal China menjadi penyedia pembiayaan batu bara terbesar, menyalurkan hampir US$250 miliar ke industri ini antara 2022 hingga 2024.

Bank-bank AS berada di posisi kedua, dipimpin oleh Bank of America Corp., JPMorgan Chase & Co., dan Citigroup Inc.

Jefferies Financial Group Inc. yang berbasis di New York menjadi pemain dengan pertumbuhan portofolio batu bara tercepat, meningkatkan pendanaannya hampir 400% dalam periode 3 tahun tersebut.

Di Eropa, Barclays Plc dan Deutsche Bank AG menjadi 2 bank yang paling banyak menyalurkan dana ke sektor batu bara.

Juru bicara Deutsche Bank menyebut pihaknya telah mengurangi eksposur terhadap sektor tinggi karbon selama 1 dekade terakhir.

Pada 2024, emisi yang terkait dengan pembiayaan dan investasinya di sektor tambang batu bara juga sudah turun 42% dibandingkan tahun 2021.

Grafik pendanaan proyek batu bara menurut negara. (Bloomberg)

Sementara itu, juru bicara JPMorgan dan Citigroup menolak berkomentar. Pihak Bank of America, Jefferies, dan Barclays belum memberikan respons terhadap permintaan komentar.

Setelah sempat mengetatkan aturan pendanaan batubara, beberapa bank dalam beberapa tahun terakhir justru melonggarkan pembatasannya.

Pada akhir 2023, Bank of America mengganti komitmen untuk tidak mendanai tambang batubara termal baru dengan persyaratan uji kelayakan yang lebih ketat.

Tahun lalu, Macquarie Group Ltd. yang berbasis di Sydney juga melonggarkan aturan pembiayaan batu bara untuk keperluan produksi baja.

Secara keseluruhan, hanya 24 dari 99 bank terbesar di dunia yang memiliki rencana untuk menghentikan pembiayaan batu bara sebelum 2040 — tenggat yang ditetapkan IEA untuk menjaga iklim tetap aman.

Namun banyak dari rencana tersebut hanya fokus pada batu bara pembangkit listrik dan mengabaikan batu bara metalurgi, yang justru lebih mencemari namun dianggap krusial untuk infrastruktur transisi energi. Pandangan ini bertentangan dengan pola perdagangan nyata di pasar.

Barry Tudor, CEO Pembroke Resources Ltd., perusahaan tambang asal Australia, mengatakan bahwa evaluasi ulang terhadap batu bara oleh sejumlah lembaga keuangan kini mulai terlihat dampaknya.

Antara 2020 dan 2022, jumlah lembaga yang bersedia mendanai proyek batu bara metalurgi Olive Downs di Queensland anjlok dari sekitar 20 menjadi hanya 3. Namun tren itu kini mulai berbalik arah.

“Lembaga-lembaga keuangan mulai sadar bahwa persoalan ini tidak sesederhana yang dibayangkan,” kata Tudor.

(bbn)

No more pages