Wabah PMK sempat menurunkan produksi susu hingga 50 persen. Namun melalui dukungan permodalan untuk pengadaan indukan sapi baru, klaster ini berhasil bangkit.
“Kunci kami bisa bertahan dan bangkit adalah kekompakan anggota, kejujuran dalam berorganisasi, dan pemberian pakan berkualitas dengan nutrisi yang seimbang,” terang Samsul.
Saat ini, Klaster Susu Mulya Abadi menjadi salah satu produsen susu dengan harga jual tertinggi di wilayahnya. BRI juga berperan dalam integrasi sistem pembayaran yang membuat keuangan kelompok lebih transparan.
“Pembayaran susu setiap bulan langsung melalui rekening BRI. Ini membuat keuangan kelompok kami transparan dan terjamin,” imbuhnya.
Menurut Samsul, klaster ini mampu menyetor hingga 10 ton susu per hari, yang disimpan dalam tiga mesin pendingin berkapasitas total 7.500 liter sebelum diangkut oleh truk tangki.
“Kami berharap peternak bisa menambah jumlah sapinya dan meningkatkan produksi susu. Dengan kerja keras dan dukungan BRI, kami yakin peternak di Pudak akan semakin maju dan sejahtera,” pungkasnya.
Di kesempatan terpisah, Direktur Mikro BRI Akhmad Purwakajaya menjelaskan bahwa BRI bukan hanya menyalurkan pembiayaan, tetapi juga melakukan pemberdayaan menyeluruh melalui pelatihan, literasi keuangan, digitalisasi, dan pendampingan.
“Pendekatan ini bertujuan menciptakan ekosistem usaha yang sehat dan berkelanjutan, sehingga para pelaku usaha dapat naik kelas dan memperluas jangkauan pasar mereka dan harapannya dapat meningkatkan pendapatan serta membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas bagi masyarakat sekitar,” ujar Akhmad. Ia menambahkan bahwa strategi ini juga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
(tim)
