Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah perusahaan transmisi dan listrik asal China, Jepang, dan Prancis ikut dalam perundingan atau bidding document untuk megaproyek dengan nilai investasi mencapai US$6,5 miliar tersebut.

Beberapa perusahaan yang terlibat perundingan di antaranya State Grid Corporation of China (SGCC), Hitachi ABB Power Grids, Kansai Electric Power Co. Inc., dan Électricité de France S.A.,. 

“[Bidding document] kita harapkan dalam waktu cepat bisa selesai kalau bisa di tahun ini. Harus tahun ini kita selesaikan karena harus kita kejar 2029-2030 harus [transmisi dari Sumatera],” kata Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN kala itu, Evy Haryadi saat ditemui di Jakarta, Rabu (6/3/2024). 

Lewat dokumen RUPTL yang terbaru, PLN menargetkan interkoneksi Sumatra-Jawa mulai beroperasi komersial atau commercial operation date (COD) pada 2031.

Malahan, PLN menargetkan, interkoneksi itu bisa menyalurkan listrik energi baru terbarukan (EBT) secara bertahap mencapai 2,6 gigawatt (GW) pada 2033 mendatang.

“Pembangunan itu akan memakan waktu 7-8 tahun makanya dari saat ini kita sudah mulai melakukan proses untuk tender awal,” kata Evy.

Pendanaan Jepang 

Di sisi lain, isu pendanaan — selain teknologi transmisi — ikut menjadi perhatian dalam perundingan pengembangan megaproyek yang telah berganti konsep beberapa kali sejak diinisiasi 2012 lalu.

Belakangan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membeberkan proyek ini bakal ikut dibantu Asia Zero Emission Community (AZEC).

Peluang pendanaan itu disampaikan Airlangga usai melakukan pertemuan dengan anggota parlemen dan mantan Perdana Menteri Jepang 2021-2024 sekaligus Utusan Khusus Perdana Menteri Jepang untuk AZEC H.E. Fumio Kishida di kantornya, Jakarta, Senin (5/5/2025).

“Termasuk di dalamnya akan dibiayai yaitu transmission line dari Jawa-Sumatra dan ini diharapkan bisa masuk dalam tahapan komersial,” kata Airlangga selepas pertemuan.

Pertemuan bilateral ini mempertegas posisi Indonesia sebagai mitra prioritas Jepang dalam kerangka AZEC dimana saat ini terdapat 175 Nota Kesepahaman yang dibuat oleh pelaku usaha kedua negara.

“Salah satu proyek yang dapat menjadi milestone keberhasilan implementasi AZEC adalah PLTP Muara Laboh di Solok, Sumatera Barat. Proyek berkapasitas 80 MW ini telah mencapai financial close pada 18 April 2025 dan konstruksi PLTP akan segera dimulai,” kata Airlangga.

Dalam pertemuan itu, AZEC lewat Japan Bank for International Cooperation (JBIC) telah meneken financial close untuk proyek ekspansi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Muara Laboh garapan PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML).

Kerja sama kerangka AZEC itu menyalurkan pembiayaan sebesar US$500 juta atau sekitar Rp8,2 triliun (asumsi kurs saat ini) untuk proyek ekspansi panas bumi tersebut.

(naw)

No more pages