Trump dan para penasihatnya sejak awal tahun telah menyusun rencana ambisius untuk periode negosiasi, dan berulang kali menyebut sedang berdiskusi dengan puluhan mitra dagang guna menekan defisit perdagangan dan menghapus hambatan-hambatan dagang.
Namun, Menteri Keuangan Scott Bessent pada Jumat meragukan semua kesepakatan akan rampung tepat waktu. “Ada sejumlah negara yang menawarkan kesepakatan sangat baik, tetapi mungkin tidak semuanya selesai sebelum tarif berbasis negara yang ditetapkan mulai 2 April diberlakukan lagi,” kata Bessent kepada Fox Business.
“Jika kami bisa menandatangani 10 atau 12 dari 18 mitra dagang penting — dan masih ada 20 hubungan dagang penting lainnya — saya kira kita bisa menuntaskan persoalan dagang ini sebelum Hari Buruh,” tambahnya.
Belum jelas seberapa komprehensif kesepakatan yang diharapkan pemerintah. Perjanjian dengan Inggris yang disebut Trump sebagai komprehensif ternyata masih menyisakan sejumlah isu krusial. Sementara kesepakatan terbaru dengan China belum sepenuhnya menjawab masalah peredaran fentanyl maupun akses eksportir AS ke pasar China.
Trump juga mengisyaratkan bahwa India mungkin menjadi salah satu negara yang mendekati finalisasi kesepakatan. Pekan lalu, tim pejabat dagang India telah melakukan pertemuan dengan pejabat AS di Washington.
(bbn)





























