Bloomberg Technoz, Jakarta - TikTok Shop layanan social commerce milik ByteDance menjadi pembeda pada industri online market platform di dunia. Pertumbuhannya berlipat meski nilainya belum sebesar Shopee di Asia Tenggara ataupun Amazon di Amerika Serikat (AS). Namun rentetan target terbaru menunjukkan, TikTok semakin serius bersiang dengan para ‘raksasa’ e-commerce dunia.
Di tengah isu keamanan data dari aplikasi video pendek, TikTok melalui divisi TikTok Shop terus berambisi menjadi pemain besar e-commerce dunia. Seperti dilaporkan The Information, TikTok kini membidik pesaing baru Amazon.com Inc. usai capaian terkini perusahaan telah melampaui Youtube dan Facebook.
ByteDance tahun ini menargetkan mampu menggandakan volume transaksi berbelanja di TikTok menjadi US$240 miliar, atau setara Rp3.600 triliun (asumsi kurs Rp15.000/US$), menurut sumber internal The Information, yang namanya dirahasiakan.
Setidaknya ada tiga bidikan pasar besar TikTok. Pertama, pasar domestik China. Berdasarkan data, TikTok atau Douyin kini telah mengganggu dominasi platform Alibaba milik, Jack Ma. Kedua, pasar AS. Dalam pengumuman perusahaan bulan April, TikTok menyatakan siap bekerja sama dengan jaringan ritel di AS untuk memperbesar pangs pasar mereka.
Sandie Hakwkins, GM TikTok untuk pasar AS mengatakan dalam The Information’s Creator Economy Summit , “jika ada perwakilan dari Walmart di sini, datang ayo ke sini, dan bicara dengan saya.”
Ambisi Hawkins ini menunjukkan ByteDance serius mendorong aplikasi TikTok sebagai tujuan berbelanja baru di AS. Tidak hanya lewat kerja sama dengan peritel, juga dengan pemilik merek, dan kreator agar layanan TikTok Shop semakin berkembang.
Untuk pasar Amerika, perusahaan tengah menguji coba program afiliasi, hal yang telah lazim dilakukan untuk pasar Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Sebuah program yang mengajak konten kreator bekerja sama dengan pemilik merek untuk menjual produk dengan sistem bagi hasil.
Bidikan terakhir tentu saja, Asia Tenggara. Dalam laporan sebelumnya disampaikan Asia Tenggara adalah sasaran terbaik ByteDance dengan Indonesia menjadi negara tujuan awal. TikTok hadir di Indonesia tahun 2021, kemudian disusul Singapura, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Malaysia, enam bulan setelahnya. Indonesia merupakan pasar terbesar di kawasan, menurut laporan Caixin Global.
Tahun 2023 TikTok menetapkan target Gross Merchandise Value (GMV) sekitar US$12 miliar atau sekitar Rp180 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.000/US$) khusus kawasan ASEAN. Angka yang naik tiga kali lipat dibandingkan capaian perusahaan dua tahun sebelumnya. Tahun lalu pencapaian GMV TikTok dilaporkan mencapai US$4,4 miliar khusus pasar Asia Tenggara, dilansir The Information.
Dari banyak publikasi, jelas ByteDance mengincar ekspansi pada bisnis e-commerce dengan terus merilis layanan TikTok Shop di seluruh dunia. Indonesia bersama Inggris sudah lebih dulu. Pada Maret kemarin, giliran empat negara di ASEAN, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Filipina, yang kedapatan fitur social commerce ini.
Pada September 2021 aplikasi TikTok telah mencatatkan pengguna 1 miliar secara global. Jika seluruh pengguna ini memakai fitur berbelanja, bisa dipastikan ByteDance akan merangsek masuk posisi tiga besar pemain e-commerce dunia yang kini dihuni, Amazon, Alibaba, dan Meituan.
(wep/roy)