Analisis tersebut selanjutnya mengidentifikasi 3.731 km² lahan tambang yang mungkin ditinggalkan oleh operatornya sebelum akhir 2030, karena menipisnya cadangan dan umur tambang atau life of mine (LoM) yang dilaporkan.
Jika operasi tersebut ditutup, kata GEM, mereka dapat menempatkan tambahan kapasitas tenaga surya sebesar 185 GW.
Secara total, GEM memperkirakan terdapat 446 tambang batu bara dan 5.820 km² lahan tambang terbengkalai dapat digunakan untuk pemanfaatan kembali tenaga surya.
“Dengan pengembangan, proyek-proyek tersebut dapat menampung hampir 300 GW potensi tenaga surya fotovoltaik, setara dengan 15% dari kapasitas tenaga surya terpasang secara global,” papar mereka.
Data baru tentang proyek batu bara ke tenaga surya menunjukkan bahwa China memiliki 90 konversi tambang batu bara ke tenaga surya yang beroperasi, dengan kapasitas 14 GW, serta 46 proyek lagi, dengan 9 GW, dalam perencanaan.
Sementara itu, empat produsen batu bara utama berikutnya — Australia, AS, Indonesia, dan India — memiliki hampir tiga perempat potensi global untuk transisi batu bara ke tenaga surya.
Menurut GEM, konversi ini tidak hanya akan membantu dunia mencapai tujuan global untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan pada akhir dekade ini, tetapi juga akan memberikan insentif ekonomi untuk reklamasi dan pembersihan sisa-sisa penambangan, yang bukan merupakan rutinitas standar di sebagian besar dunia.
Alih Lapangan Kerja
Laporan tersebut memperkirakan 259.700 pekerjaan tetap dapat diciptakan di lokasi transisi dari batu bara ke tenaga surya, dan 317.500 pekerjaan sementara dan konstruksi lainnya, lebih banyak dari jumlah pekerja yang diperkirakan akan hilang dari industri batu bara secara global pada 2035.
Potensi terbesar untuk pembangunan kembali tenaga surya di lahan tambang ditemukan di beberapa negara penghasil batu bara terbesar di dunia — Australia, Indonesia, Amerika Serikat, dan India.
“Warisan batu bara sudah tertanam di tanah, tetapi warisan itu tidak harus menentukan masa depan,” kata Manajer Proyek Energy Transition Tracker GEM, Cheng Cheng Wu.
“Transisi tambang batu bara ke tenaga surya sedang berlangsung, dan potensi ini siap untuk dibuka di produsen batu bara utama seperti Australia, AS, Indonesia, dan India.”
Penggunaan kembali tambang untuk pengembangan tenaga surya menawarkan peluang langka untuk menyatukan pemulihan lahan, penciptaan lapangan kerja lokal, dan penggunaan energi bersih dalam satu strategi.
Dengan pilihan yang tepat, tanah yang sama yang menggerakkan era industri dapat membantu menggerakkan solusi iklim yang sekarang sangat kita butuhkan.”
“Memperoleh lahan untuk target energi terbarukan global telah dipenuhi dengan konflik di antara para pemangku kepentingan dan pembuat keputusan, sehingga penggunaan kembali lahan yang terdegradasi dapat memberikan manfaat baru yang menonjol bagi masyarakat bekas pengguna batu bara di seluruh planet ini,” kata Hailey Deres, peneliti GEM.
Ryan Driskell Tate, Associate Director GEM, menambahkan bahwa dunia telah melihat apa yang terjadi di komunitas batu bara ketika perusahaan bangkrut, memberhentikan pekerja, dan meninggalkan kekacauan.
“Namun, ladang batu bara yang ditambang menyimpan potensi besar untuk mendukung masa depan energi bersih. Hal itu sudah terjadi. Kita hanya perlu kombinasi insentif yang tepat untuk membuat orang bekerja membangun pembangkit listrik tenaga surya generasi berikutnya di wilayah batu bara,” ujar Tate.
(wdh)































