Logo Bloomberg Technoz

Reli Meta terjadi bersamaan dengan bangkitnya kembali minat para trader terhadap saham-saham terkait AI, setelah musim laporan keuangan meredakan kekhawatiran bahwa perusahaan-perusahaan Big Tech akan mengurangi pengeluaran untuk peralatan komputasi yang mahal. Pemulihan ini menandai perubahan dari awal tahun, ketika saham-saham seperti Nvidia Corp. sempat anjlok karena kekhawatiran terhadap model AI murah yang dikembangkan di China.

Exchange traded fund (ETF) yang melacak saham-saham AI termasuk Amazon.com Inc. telah naik 32% dari posisi terendah pada 8 April, sehari sebelum Presiden AS Donald Trump menghentikan tarif terhadap mitra dagang, yang memicu reli besar-besaran di pasar saham. Selama periode tersebut, Global X Artificial Intelligence & Technology ETF mengungguli S&P 500 dan Nasdaq 100 yang berbasis teknologi, yang masing-masing naik sekitar 20% dan 27%.

Allen Bond, manajer portofolio di Jensen Investment Management, membeli saham Meta untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu terakhir, sebagian karena belanja agresif perusahaan tersebut untuk AI. Ia juga menyebut efisiensi operasional yang membaik serta pergeseran fokus dari proyek metaverse—yang menjadi alasan perubahan nama perusahaan dari Facebook pada 2021.

“Memanfaatkan AI untuk mengoptimalkan data pengguna guna menghasilkan pendapatan adalah penerapan yang jelas, dan ini memungkinkan Meta mengambil langkah ofensif saat Alphabet justru berada di posisi bertahan,” kata Bond, merujuk pada kekhawatiran bahwa induk Google bisa kehilangan pangsa pasar dalam bisnis pencarian yang sangat menguntungkan akibat layanan AI seperti ChatGPT. 

“Meski AI mahal, ada bukti kuat bahwa sejauh ini investasi tersebut benar-benar membuahkan hasil.”

Tingkat pengembalian modal investasi (return on invested capital) Meta mencapai rekor tertinggi 31% pada kuartal pertama, lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2023, ketika ambisi metaverse perusahaan mendorong belanja yang lebih tinggi.

Meta's Rising ROIC. (Sumber: Bloomberg)

Meta menggunakan AI untuk meningkatkan penargetan iklan dan meningkatkan keterlibatan di seluruh aplikasinya, termasuk Instagram dan WhatsApp. The Wall Street Journal baru-baru ini melaporkan bahwa Meta sedang berupaya untuk sepenuhnya mengotomatisasi pembuatan iklan dengan menggunakan teknologi AI.

Dan Salmon, analis di New Street Research, memperkirakan bahwa alat kreatif berbasis AI generatif dapat meningkatkan pertumbuhan pendapatan iklan tahunan Meta sebesar 1% hingga 2% dalam beberapa tahun ke depan, dan hingga 4% pada akhir dekade ini.

Meski begitu, dorongan jangka panjang dari AI secara luas sudah diantisipasi, sehingga muncul pertanyaan seberapa jauh saham Meta masih bisa reli dalam jangka pendek. Saat ini, saham Meta diperdagangkan pada 24,5 kali estimasi laba—lebih murah dibandingkan perusahaan teknologi besar lainnya, namun masih di atas rata-rata valuasinya dalam satu dekade terakhir yang sekitar 22 kali.

Meskipun Wall Street secara umum optimistis—hampir 90% analis yang dilacak oleh Bloomberg merekomendasikan untuk membeli—harga saham Meta saat ini hanya sedikit di bawah target harga rata-rata analis, yang mengindikasikan ekspektasi kenaikan tambahan cukup terbatas.

“Masih berada dalam rentang beli, karena Anda mendapatkan pertumbuhan yang cukup kuat dengan harga yang cukup masuk akal,” kata Greg Halter, direktur riset di Carnegie Investment Counsel. 

“Namun reli seperti ini tidak akan berlangsung selamanya, dan tentu saja ini bukan lagi saham ‘super murah’ seperti beberapa waktu lalu.”

(bbn)

No more pages