Logo Bloomberg Technoz

Ketegangan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping mulai mereda setelah kebuntuan terkait ekspor mineral kritis berhasil diatasi. Perkembangan ini membuka jalan bagi pembicaraan lanjutan.

Sentimen positif juga muncul dari data ketenagakerjaan AS yang mengejutkan pasar. Meskipun pertumbuhan lapangan kerja melambat pada Mei dan data bulan sebelumnya direvisi turun, hasil rilis terakhir masih sedikit melampaui ekspektasi.

“Portofolio tetap condong ke aset berisiko karena AS memasuki fase negosiasi dalam kebijakan dagangnya,” ujar Homin Lee, Senior Macro Strategist di Lombard Odier kepada Bloomberg TV.

Dia menambahkan masih ada peluang tercapainya “kesepakatan bilateral sebelum tenggat tarif balasan pada 9 Juli.”

Sementara itu, pasar saham global mulai bangkit dari periode volatil dua bulan terakhir. S&P 500 mencatat kenaikan lima dari tujuh pekan terakhir, sementara indeks saham Asia dan Eropa menguat dalam tujuh dari delapan pekan terakhir.

AS dan China dijadwalkan memulai putaran kedua negosiasi dagang hari ini—yang pertama sejak kebuntuan antara Trump dan Xi berhasil dipecahkan. Ini memunculkan harapan bahwa dua kekuatan ekonomi terbesar dunia bisa menurunkan tensi, terutama terkait dominasi China di sektor rare earth.

Kedua pihak sebelumnya saling menuduh telah mengingkari kesepakatan yang dicapai pada Mei di Jenewa. Namun menjelang pembicaraan, China telah menyetujui beberapa izin ekspor rare earth.

Di saat yang sama, Boeing Co. kembali mengirim pesawat jet komersial ke China untuk pertama kalinya sejak awal April—tanda pembukaan kembali arus perdagangan.

“Kebijakan dagang masih jadi faktor ketidakpastian makro terbesar,” tulis Kyle Rodda, Analis Pasar Senior di Capital.com. “Jika negosiasi menunjukkan kemajuan lanjutan, pasar bisa mendapatkan dorongan baru di awal pekan ini.”

Fokus pasar selanjutnya akan mengarah ke lelang obligasi pemerintah AS. Departemen Keuangan AS akan melepas obligasi 30 tahun senilai US$22 miliar pada Kamis mendatang.

Penawaran ini merupakan bagian dari jadwal pinjaman rutin di tengah meningkatnya penolakan investor terhadap surat utang jangka panjang.

Pasar juga mulai berspekulasi bahwa pemerintah Jepang bisa mengubah strategi penerbitan obligasi secepat-cepatnya bulan depan—dengan meningkatkan penerbitan obligasi jangka pendek dan mengurangi penawaran tenor panjang.

Selain itu, investor juga akan mencermati data inflasi AS pekan ini yang dapat memengaruhi arah kebijakan moneter selanjutnya.

Sementara itu di China, deflasi konsumen berlanjut untuk bulan keempat berturut-turut.

Perang harga yang semakin intens dan lemahnya permintaan domestik membuat dorongan belanja saat libur nasional belum cukup mengangkat konsumsi.

Pada Jumat lalu, data nonfarm payrolls menunjukkan kenaikan 139.000 lapangan kerja pada Mei, sementara dua bulan sebelumnya direvisi turun sebesar 95.000.

Tingkat pengangguran tetap di 4,2%, dan pertumbuhan upah meningkat. Angka ini membantu meredakan kekhawatiran pelemahan tajam di pasar tenaga kerja di tengah tekanan biaya dari tarif dan potensi perlambatan ekonomi.

Dalam kabar dagang lainnya, tim negosiasi dagang AS yang sedang berada di India memperpanjang masa kunjungannya. Menurut sumber yang mengetahui pembicaraan, hal ini menjadi indikasi bahwa negosiasi menunjukkan kemajuan jelang tenggat Juli mendatang.

(bbn)

No more pages