Pertama Jawa Barat masih memiliki balita stunting sekitar 638.000 ribu.
“Mungkin kita bisa bayangkan memang jumlah penduduk di Jawa Barat itu sangat tinggi,”.
Kedua, Provinsi Jawa Tengah yang masih memiliki balita stunting sekitar 485.000. Kemudian diikuti dengan Jawa Timur sekitar 430.000 balita stunting.
“Kita paham 3 provinsi ini adalah 3 provinsi yang memiliki jumlah penduduknya yang banyak sehingga berkontribusi juga banyak terhadap angka stunting kita. Dengan perkataan lain apabila kita ingin menurunkan jumlah stunting, perhatian kita harus juga kita berikan kepada 3 provinsi yang jumlah penduduknya ini cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain,”.
Keempat, provinsi Sumatera Utara yang menyumbang balita stunting sekitar 316.000.
Kelima provinsi Nusa Tenggara Timur mencapai 214.000 balita stunting.
Keenam Banten yang menyumbang sekitar 209.000 balita stunting.
Data stunting umur
Kemenkes menyebut berhasil menurunkan prevalensi stunting di kelompok usia satu yang sudah mencapai 11%. Akan tetapi ada peningkatan sampai usia 2,5 tahun dan pola menurun kembali di usia 3,4,5 tahun.
“Nah pola ini juga terlihat di tahun 2023 di mana ada periode-periode yang angka prevalensi stunting relatif tinggi. Namun kita lihat semua di sini penurunan prevalensi tahun 2024 itu sangat terlihat di usia 0 sampai 6 bulan dibandingkan tahun 2023,”.
Kemudian pola yang juga terlihat ada penurunan yang cukup besar di antara usia 14 sampai 24 bulan dibandingkan dengan tahun 2023.
"Prevalensi stunting baru yaitu umur 0 sampai 5 bulan. Bila kita bandingkan dengan tahun 2023 berhasil menurunkan prevalensi stunting untuk usia 0 sampai 6 bulan mencapai 10 persen," pungkasnya.
(dec/spt)






























