Logo Bloomberg Technoz

Alhasil, dalam lelang kemarin, investor masih melanjutkan tren berburu tenor pendek dan menengah yaitu FR0104 yang bertenor 5 tahun dan FR0103 bertenor 10 tahun. Dua seri itu jadi yang terbanyak diburu dengan incoming bids masing-masing sebesar Rp28,9 triliun dan Rp26,99 triliun. Hanya saja, angka minat itu juga anjlok lebih dari 30% dibanding lelang SUN sebelumnya.

Kementerian Keuangan tetap memenangkan sejumlah target indikatif yaitu Rp28 triliun di tengah penurunan minat investor lelang dengan rasio bid-to-cover lebih rendah menjadi 2,76 kali.

Selain itu, Kementerian Keuangan juga menaikkan nilai penerbitan FR0103 sebesar 8% menjadi Rp9,45 triliun, ketika pada saat yang sama mengurangi penerbitan FR0104 hingga 18,07% menjadi Rp6,8 triliun. "Hal itu menunjukkan Kemenkeu masih melanjutkan strategi yang sama yaitu menyeimbangkan profil jatuh tempo," kata Lionel.

Tingkat imbal hasil yang dimenangkan dalam lelang hari ini, juga hanya sedikit turun. Untuk seri favorit FR0104 mencatat yield rata-rata dimenangkan di 6,455%, lebih rendah dibanding lelang sebelumnya di 6,479%. Begitu juga seri FR0103 dari yield 6,856% pada lelang sebelumnya, menjadi 6,854%.

Sedangkan, tenor 15 tahun yaitu seri FR0106 mencatat kenaikan yield dimenangkan, menjadi 7,019% dari tadinya 7,009%. Begitu juga FR0107 yang bertenor 20 tahun, mendapatkan yield 7,049% dari tadinya 7,039%.

Analis menilai, sentimen negatif di pasar surat utang akibat data neraca dagang mungkin akan sementara karena adanya kemungkinan lonjakan impor pada April lalu hanya tren sesaat, menyusul aksi importir menempuh frontloading ketika tarif Trump dijeda pasca diumumkan awal April.

Bila memang lonjakan impor itu hanya tren sementara, surplus dagang RI diperkirakan akan pulih dalam beberapa bulan. Hal itu bisa memberi dukungan stabilitas rupiah di kisaran Rp16.100-Rp16.500/US$.

Sebaliknya, bila tren lonjakan impor itu berlanjut, analis melihat ada skenario pelebaran defisit transaksi berjalan untuk tahun fiskal 2025 menjadi lebih dari 1% dari Produk Domestik Bruto. "Hal itu bisa menimbulkan tekanan depresiasi kuat terhadap rupiah hingga kisaran Rp16.500-Rp16.900/US$ atau lebih tinggi," kata Lionel.

(rui/wep)

No more pages