Impor Non-Migas RI dari China Meroket Hingga 53,7% per April
Dovana Hasiana
03 June 2025 14:50

Bloomberg Technoz, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan defisit neraca perdagangan total dengan China mencapai US$6,28 miliar pada Januari-April 2025. Dalam hal ini, Negeri Tirai Bambu sekaligus menjadi negara penyumbang defisit terdalam pada periode tersebut.
Realisasi defisit neraca perdagangan total dengan China bahkan melonjak 107,95% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Januari-April 2025 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
"Negara penyumbang defisit terdalam adalah yang pertama China, yakni US$6,28 miliar," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, dikutip Selasa (3/6/2025).
Fenomena yang sama juga tercermin pada neraca perdagangan nonmigas dengan China pada Januari-April 2025. Dalam periode tersebut, defisit neraca perdagangan nonmigas mencapai US$6,9 miliar. Angka ini melonjak 102,35% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Defisit neraca perdagangan yang dalam dengan China terjadi karena volume impor lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor, khususnya pada sektor nonmigas. Sebagai gambaran, nilai impor nonmigas dari China tercatat US$25,77 miliar pada Januari-April 2025. Sementara, ekspor ke China hanya sebesar US$18,87 miliar pada periode yang sama.
Terlebih, realisasi impor nonmigas dari China memang melonjak signifikan pada April 2025. Sebagai gambaran, nilai impor nonmigas dari China adalah US$7,07 miliar pada April 2025, meningkat 53,71% (yoy) dan 12,18% secara bulanan (month-to-month/mtm).
Berdasarkan peranannya terhadap total impor nonmigas Januari-April 2025, kontribusi tertinggi masih didominasi China sebesar 39,48% dengan nilai US$25,77 miliar. Pada Januari-April 2025, tiga komoditas impor nonmigas yang menjadi penyumbang defisit terdalam dari China adalah mesin dan peralatan mekanis US$5,81 miliar (22,53%); mesin dan perlengkapan elektrik US$5,37 miliar (20,84%); dan kendaraan dan bagiannya US$1,41 miliar (5,46%).































