Berbalik arah dolar AS pagi ini usai muncul berita bahwa Presiden AS Donald Trump berupaya mendesak senator yang masih enggan menyetujui beleid pajak baru yang tempo hari telah diloloskan di DPR AS.
Juga, setelah data manufaktur Tiongkok mencatat penurunan ke level terendah sejak September 2022, berdasarkan survei swasta, yang dirilis pagi ini.
Melansir Bloomberg, indeks Caixin jatuh ke 48,3 pada Mei lalu, yang merupakan zona kontraksi. Angka itu juga lebih rendah ketimbang perkiraan pasar.
Secara teknikal, rupiah terkonfirmasi memiliki level support di Rp16.300/US$ dengan range support rupiah di antara Rp16.350/US$ sampai dengan Rp16.400/US$.
Situasi pasar global saat ini juga masih berada pada mode waspada mencermati perkembangan perang dagang AS dengan Tiongkok. Pasca peningkatan ketegangan dengan aksi saling tuding kemarin, dua seteru utama itu dijadwalkan bertemu pekan ini.
Pemerintah AS memutuskan memperpanjang pengecualian tarif pasal 301 terhadap sejumlah produk asal China hingga 31 Agustus, menurut pemberitahuan dari Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS.
Gedung Putih menyebut Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping “kemungkinan besar” akan berbicara pekan ini.
Terbebani kinerja dagang
Rupiah sepertinya terbebani kinerja dagang Indonesia pada April. Kemerosotan nilai surplus dagang pada bulan April tersebut akibat lonjakan impor, bila berlanjut, bisa mengancam pelebaran defisit transaksi berjalan.
Impor RI pada April naik tajam hingga 21,84% dibandingkan April tahun sebelumnya. Sementara, pada saat yang sama, ekspor hanya tumbuh 5,76% year-on-year (yoy). Alhasil, surplus dagang susut sangat besar hingga tinggal US$ 160 juta, dari posisi surplus lebih dari US$ 4 miliar pada bulan sebelumnya.
Bila tren lonjakan impor itu hanya terjadi satu kali, ada kemungkinan besar surplus dagang RI akan pulih dalam beberapa bulan, menurut analisis tim Mega Capital Sekuritas. Hal itu bisa memberi dukungan stabilitas rupiah di kisaran Rp16.100-Rp16.500/US$.
Sebaliknya, bila tren lonjakan impor itu berlanjut, analis melihat ada skenario pelebaran defisit transaksi berjalan untuk tahun fiskal 2025 menjadi lebih dari 1% dari Produk Domestik Bruto.
"Hal itu bisa menimbulkan tekanan depresiasi kuat terhadap rupiah hingga kisaran Rp16.500-Rp16.900/US$ atau lebih tinggi," kata Lionel Priyadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG melanjutkan kemerosotan setelah dibuka naik tipis 0,09%. Kini, IHSG ambles 0,59% di level 7.024.
Asing mencetak net sell besar pada perdagangan Senin kemarin pasca data kinerja dagang diumumkan, dengan nilai penjualan di pasar saham mencapai Rp2,8 triliun.
Sedangkan di pasar surat utang negara pagi ini, mayoritas tenor memperlihatkan penurunan tingkat imbal hasil. Yield 2Y terpangkas 2,9 basis poin, bersama tenor 5Y yang berkurang sedikit 0,1 bps dan tenor 10Y juga sedikit berubah 0,3 bps.
(rui)





























