Logo Bloomberg Technoz

Syarat ESG Nikel Kian Ketat, Harita (NCKL) Sebut Tak Jadi Beban

Mis Fransiska Dewi
03 June 2025 09:30

Kompleks pengolahan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Selasa (7/3/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)
Kompleks pengolahan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Selasa (7/3/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta – PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel meyakini tuntutan global yang makin ketat terhadap standardisasi environmental, social, and governance (ESG) di industri nikel tidak akan memengaruhi ongkos produksi perseroan.

Direktur Health, Safety, and Environment (HSE) Harita Nickel Tommy Gultom mengatakan aspek ESG merupakan bagian dari standar operasi pertambangan yang tidak ada hubungannya dengan dinamika di pasar komoditas.

“Ada atau tidak ada itu, ESG tetap saja operation. Tidak bisa karena ada ESG, [lantas] market terpengaruh. Enggak lah. Pasti ada bagian dari operation cost-nya kan itu,” ujarnya ditemui di sela ESG Forum 2025, dikutip Selasa (3/6/2025).


Menurut Tommy, Harita Nickel telah menerapkan standar ESG sebagai sebuah mandatori. Dengan demikian, anggaran untuk penerapan ESG tidak dipandang sebagai beban tambahan terhadap biaya produksi perseroan.

“Jadi jangan menghitung cost ESG kayak CSR; berapa persen dari keuntungannya. Enggak begitu. Itu kewajiban kok,” ujarnya. 

Fasilitas pemrosesan nikel yang dioperasikan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Maluku Utara, Indonesia, Rabu (8/3/2023). (Dimas Ardian/Bloomberg)