Logo Bloomberg Technoz

Namun, tuntutan itu juga akan memaksa sekutu-sekutu AS di Asia menghadapi pilihan sulit. Pasalnya, saat ini tak satu pun dari mereka mengalokasikan anggaran pertahanan mendekati 5% dari PDB. Menurut data Stockholm International Peace Research Institute, pada tahun lalu Korea Selatan memimpin dengan 2,6% PDB, disusul oleh Taiwan, Australia, Jepang, dan Filipina.

Sebagai catatan, AS sendiri juga belum mengalokasikan 5% dari PDB untuk pertahanan, meskipun pengeluaran militer mereka tetap yang terbesar di dunia.

Permintaan yang "Tidak Realistis”

Hegseth juga menyampaikan pandangan yang senada dengan pidato Trump di Arab Saudi beberapa waktu lalu. Ia menegaskan bahwa AS tidak ingin memaksakan ideologi atau sistem politiknya kepada negara lain. “Kami tidak di sini untuk memaksakan kehendak kami,” kata Hegseth.

Seorang peserta forum memuji pendekatan "pragmatis dan penuh hormat" yang ditunjukkan dalam pidato Hegseth, namun menyebut sebagian harapan yang disampaikan tidak realistis.

“Seruan agar negara-negara Asia meniru Eropa dengan menaikkan anggaran pertahanan hingga 5% PDB itu tidak masuk akal,” ujar Shahriman Lockman, analis dari Institute of Strategic and International Studies, Malaysia. “Tidak seperti anggota NATO yang menghadapi perang langsung di depan mata, negara-negara Asia berada dalam situasi strategis yang lebih kompleks, di mana eskalasi justru lebih ditakuti daripada ditunjukkan.”

Hegseth juga berupaya meredakan kekhawatiran pejabat China — yang membantah memiliki rencana menyerang Taiwan — dengan menegaskan bahwa AS tidak mencari perang. Namun, ia cepat menambahkan, “Tak ada yang tahu apa yang akan dilakukan China, tapi mereka bersiap. Maka dari itu, kita juga harus siap.”

Fokus Hegseth terhadap ancaman China pun memicu komentar dari diplomat tinggi Uni Eropa, yang menekankan agar AS juga tetap tegas terhadap Rusia dan perang di Ukraina. Presiden Trump sebelumnya dikritik karena dinilai terlalu lunak terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Kalau Anda khawatir terhadap China, Anda seharusnya juga khawatir terhadap Rusia,” ujar Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, dalam panel diskusi setelah pidato Hegseth.

Kunjungan ini merupakan yang kedua bagi Hegseth ke kawasan Asia, setelah sebelumnya mengunjungi Jepang dan Filipina pada Maret lalu.

Forum di Singapura ini sebelumnya menjadi tempat pertemuan antara pejabat pertahanan tertinggi AS dan China, bahkan di tengah ketegangan. Namun, Menteri Pertahanan China, Dong Jun, absen pada pertemuan tahun ini. Hegseth menyinggung hal tersebut dalam pidatonya: “Kami hadir di sini pagi ini — sementara pihak lain tidak.”

Tahun lalu, Menhan AS saat itu, Lloyd Austin, sempat menyampaikan bahwa hubungan dengan Beijing mulai membaik, meskipun ia juga menyoroti upaya AS untuk memperkuat aliansi kawasan dalam menghadapi China. Kini, ketegangan kembali meningkat.

Pada Jumat lalu, Trump menuduh China melanggar kesepakatan untuk menurunkan tarif. Pemerintahannya juga telah memperkenalkan pembatasan baru terhadap penjualan perangkat lunak desain chip, serta mengumumkan akan mencabut sebagian visa pelajar China — langkah yang dikritik Beijing sebagai bentuk diskriminasi.

Minimnya pertemuan antara AS dan China “merupakan sebuah kerugian,” kata Da Wei, Direktur Center for International Security and Strategy di Universitas Tsinghua. Namun, ia juga menyebut pernyataan Hegseth sebagai “provokatif” dan menilai nada bicaranya “tidak konstruktif — hanya akan menambah konflik dan konfrontasi.”

Menurut Da Wei, strategi AS yang menekan sekutunya di Asia lewat kebijakan tarif justru akan menyulitkan permintaan peningkatan anggaran pertahanan, sekaligus menambah ketidakstabilan ekonomi.

Meski Hegseth menegaskan bahwa AS tak akan meninggalkan sekutunya, ia tetap mendesak agar negara-negara tersebut berinvestasi lebih banyak dalam industri pertahanan mereka. Ia menutup pidatonya dengan peringatan bahwa “urgensi dan kewaspadaan” adalah satu-satunya pilihan.

“Satu-satunya cara menjaga aliansi dan kemitraan yang langgeng adalah memastikan semua pihak melakukan bagiannya,” pungkas Hegseth.

(bbn)

No more pages