Pada 2024, KPI meluncurkan Project USAF (UCO to SAF) sebagai langkah strategis untuk memulai komersialisasi bahan bakar aviasi berkelanjutan (SAF) berbahan baku minyak jelantah yang tersertifikasi keberlanjutan. Proyek ini melibatkan pengembangan teknologi katalis bersama Pertamina Technology Innovation, produksi katalis oleh PT Katalis Sinergi Indonesia, sertifikasi keberlanjutan ISCC EU dan CORSIA, serta pada Turn Around Januari 2025, KPI telah melakukan penggantian katalis USAF di RU IV sebagai tanda kesiapan uji komersial produksi SAF bersertifikat pada awal kuartal ketiga 2025.
Visi menjadi produsen SAF bersertifikat dari minyak jelantah pertama di Indonesia ini didukung oleh ekosistem hulu-hilir Pertamina Group, melibatkan subholding seperti Pertamina Patra Niaga, Pelita Air, dan Pertamina Persero sebagai koordinator proyek. Sebagai bentuk komitmen, KPI juga berencana memperluas Project USAF ke Kilang Dumai dan Kilang Balongan guna meningkatkan kapasitas dan kapabilitas produksi serta memulai uji coba komersial.
Menurut Taufik, Project USAF bukan sekadar produksi bahan bakar berkelanjutan, tetapi merupakan bagian dari cetak biru ekosistem circular SAF yang mengintegrasikan rantai pasok dari pengumpul minyak jelantah, transporter, hingga off-taker seperti maskapai dan BUMN aviasi.
“Dan pada tahun 2028, kami berharap dapat menyaksikan startup Green Refinery Project di Cilacap, dengan kapasitas 6 MBSD, mengolah feedstock dari UCO, POME, dan lainnya. Ini akan menjadikan Pertamina sebagai pelopor energi hijau,” kata Taufik.
Plt. Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menambahkan bahwa peran masyarakat sangat penting dalam mendukung proyek ini. Pihaknya telah menyiapkan alat pengumpul minyak jelantah di sepuluh SPBU Jakarta sebagai bagian dari program piloting.
“Alat ini masih dalam skala piloting, tapi sampai hari ini sudah tercatat sedikitnya 6.042 orang yang secara sukarela menyetorkan UCO di alat-alat yang tersebar di sepuluh SPBU di Jakarta,” ujar Mars Ega.
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri mengingatkan agar inisiatif ini tidak berhenti pada seremoni penandatanganan semata, tetapi benar-benar terwujud dan memberi manfaat luas.
“Ini adalah prestasi yang sudah diukir Pertamina, kita harus wujudkan sampai terimplementasi dengan baik. Kita juga harus saling berkolaborasi satu sama lain, agar Pertamina terus menjadi yang terdepan dalam menyediakan energi yang baik bagi negeri ini,” kata Simon.
Komisaris Utama Pertamina, Mochamad Iriawan, menyampaikan bahwa SAF harus dilihat sebagai bagian dari misi besar transisi energi dan pencapaian Net Zero Emission 2060. Ia menekankan pentingnya sinergi lintas sektor.
“SAF harus menjadi solusi yang berkelanjutan secara menyeluruh dan pastikan Pertamina Group menjadi pemimpin utama di bisnis SAF, baik sebagai produsen utama maupun market leader dalam pasar domestik dan global. Proyek ini harus diimplementasikan secara terarah dan konsisten sesuai target yang telah ditetapkan,” tegas Iriawan.
Pertamina melalui KPI menargetkan menjadi produsen SAF bersertifikat pertama di Indonesia, mengolah minyak jelantah menjadi bahan bakar ramah lingkungan yang mendukung agenda energi berkelanjutan nasional dan global.
(tim)
































