Darmawan mengatakan perseroannya telah memetakan kebutuhan pembangunan jaringan transmisi sepanjang lebih dari 63.000 kms hingga 2040.
“Tanpa jaringan transmisi ini, tidak ada cara untuk memanfaatkan potensi energi terbarukan kita. Tidak ada transisi tanpa transmisi,” kata Darmawan dalam agenda Mandiri Investment Forum 2025, Jakarta, Selasa (11/2/2025).
Darmawan menambahkan, total investasi yang dibutuhkan untuk infrastruktur jaringan listrik ini mencapai US$235 miliar hingga tahun 2040.
“Untuk itu, kami perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi, dengan memastikan proyek-proyek ini bankable, feasible dan memiliki risiko yang dikelola dengan baik,” tuturnya.
Melansir dari dokumen RUPTL, sebagian besar transmisi bakal dibangun pada periode 2025 sampai dengan 2029, dengan panjang mencapai 32,6 ribu kms.
Sisanya, transmisi anyar sepanjang 15,2 ribu kms bakal dibangun untuk periode 2030 sampai 2034.
Adapun, Kementerian ESDM telah menyetujui muatan RUPTL PLN periode 2025 sampai dengan 2034. Lewat dokumen kelistrikan teranyar ini, PLN berencana untuk menambah kapasitas setrum mencapai 69,5 gigawatt (GW) sepanjang 2025 sampai dengan 2034.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan dokumen ketenagalistrikan itu bakal menjadi pedoman investasi PLN sampai 2034 mendatang.
“PLN wajib menjalankan apa yang menjadi keputusan yang kita godok bareng-bareng, lokasi semuanya sudah jelas di mana, kabupaten apa dan tahun berapa dibangun,” kata Bahlil saat seremoni pengesahan RUPTL PLN di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (26/5/2025).
Sebagian besar kapasitas pembangkit itu akan diisi oleh sumber energi baru terbarukan (EBT) mencapai 42,6 GW atau 61% dari keseluruhan kapasitas sampai akhir 2034 nanti.
Adapun, pembangit fosil mengambil bagian sekitar 16,6 GW atau 24% dari total kapasitas terpasang, sementara investasi fasilitas penyimpanan atau storage mencapai 10,3 GW.
“Sebenarnya gas ini bukan lagi fosil an sich ya dia setengah, di Eropa saja masih batu bara kok di Turki saja masih ada batu bara, kita saja yang kekinian,” kata Bahlil.
(naw)

































