"BI terus berkomitmen untuk berada di pasar, menjaga mekanisme supply and demand (penawaran dan permintaan) di pasar dan menjaga supaya bagaimana rupiah tetap dalam volatilitas yang stabil dari waktu ke waktu," tambahnya.
Selanjutnya, dia menyebutkan bank sentral akan menempuh beberapa langkah dalam menstabilkan nilai tukar rupiah di tengah volatilitas yang tinggi.
Langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan intervensi di pasar offshore, intervensi di pasar spot, hingga melakukan intervensi di pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).
"BI akan all out untuk membuat rupiah itu lebih stabil dan akan mengoptimalkan instrumen yang ada. BI akan melakukan transaksi terutama pembelian di pasar SBN (surat berharga negara) dalam negeri," kata Denny.
Berdasarkan data BI, nilai tukar rupiah hingga 26 Mei 2025 mengalami penguatan mencapai 2,6%. Di Asia Tenggara, penguatan mata uang paling besar terjadi pada Baht Thailand, yakni mencapai 2,95%, dan Malaysia di level 2,64%. Sedangkan, negara Singapura berada di bawah Indonesia yang menguat di level 1,9% dan Philipina di level 1,03%.
Dia menegaskan, di tengah perkembangan kondisi global yang tak menentu, BI akan terus memastikan ekonomi domestik tetap terjaga. Kemudian, menjaga nilai tukar rupiah yang stabil, dan inflasi yang tetap rendah serta terjaga.
"Intinya sekarang bagaimana kita bisa membuat rupiah stabil dulu. Bank Indonesia berkomitmen terus mendukung pertumbuhan ekonomi sehingga semua itu membuat Indonesia punya daya tahan yang tinggi terhadap ketidakpastian yang sedang terjadi di pasar global ini," pungkasnya.
Berdasarkan data Tim Riset Bloomberg Technoz, indeks dolar AS pagi ini bergerak makin lemah di level 98,74, menyusul pengumuman penundaan tarif resiprokal Donald Trump pada Uni Eropa sebesar 50% sampai 9 Juli nanti di sela negosiasi yang masih berlangsung di antara dua sekutu tersebut.
Penguatan rupiah juga berlangsung di tengah reli yang berlanjut di pasar saham domestik. IHSG menguat 0,3% pagi ini, memperpanjang reli selama empat hari perdagangan beruntun.
Sedangkan di pasar surat utang negara pagi ini, tingkat imbal hasil bergerak variasi. Tenor 2Y naik 9,2 bps ke level 6,335%. Sedangkan tenor 5Y naik tipis 0,5 bps ke level 6,443%. Adapun tenor 10Y terpangkas imbal hasilnya 1,7 bps ke level 6,810%.
Sentimen global masih memberi keuntungan pada pasar negara berkembang dengan aset-aset berimbal hasil tinggi yang harganya dinilai sudah 'murah' jadi serbuan utama.
Arus masuk modal asing ke Indonesia mencapai rekor yakni menembus Rp14,73 triliun selama rentang 19-24 Mei, dengan nilai belanja asing terbesar di pasar surat utang negara. Tren itu mungkin akan berlanjut didukung oleh berbagai sentimen pendukung.
Asing memborong Rp1,54 triliun di pasar saham dan sebesar Rp14,13 triliun di pasar SBN. Namun, asing jual neto sebesar Rp950 miliar di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Dari dalam negeri, sentimen terbaru juga tengah memberi dukungan bagi kenaikan harga-harga aset di pasar portofolio juga rupiah termasuk kabar investasi dari Tiongkok.
Kunjungan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang ke Indonesia pekan lalu hingga Senin hari ini, sejauh ini telah menghasilkan kesepakatan bilateral dalam berbagai bidang, mulai ekonomi, pertanian hingga kesehatan.
(lav)































